MANAJEMEN KESISWAAN DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SMP ISLAM KLOJEN LUMAJANG

 

PENDAHULUAN

Pendidikan  merupakan bagian dari kehidupan manusia. Karena itu mutlak diperlukan. Anak yang baru lahirpun memerlukan pendidikan, bahkan sejak ia dikandung ibunya. Pada umumnya sikap dan kepribadian anak didik ditentukan oleh pendidikan,pengalaman,  dan  latihan-latihan,  yang dilalui sejak masih kecil.

Dalam perspektif keindonesiaan ,pengertian ,fungsi dan tujuan pendidikan di rumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1dan 3 ”Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya ,masyarakat,bangsa dan negara”.[1]

       Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan merupakan faktor utama dalam pembentukan kepribadian manusia.Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari sejauh mana pelaksanaan pendidikan itu berlangsung di suatu bangasa.Pemerintah sangat menyadari betapa pentingya pendidikan untuk meningkatkan kulaitas sumber daya manusia. Oleh karena itu pemerintah bersama stakeholder senantiasa mewujudkan hal tersebut melalui berbagai upaya pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas.

Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia sangat diperlukan agar dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia di lakukan oleh lembaga pendidikan itu sendiri, sesuai dengan PP Nomor 19 Tahun 2005.[2] Undang-Undang tersebut memuat visi, misi, fungsi dan tujuan pendidikan nasional, serta strategi pembangunan pendidikan nasional,untuk mewujudkan pendidikan bermutu, relevan dengan keadaan masyarkat saat ini,serta berdaya saian dalam kehidupan global.Aturan tersebut memberikan otonomi yanag luas pada sekolah untuk mengelola sekolah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan kadaan masyarakat dalam upaya peningkatan mutu pendidikan secara umum.

Pemberian otonomi kepada sekolah menuntut sekolah melakukan manajemen yang lebik baik agar dapat mengakomodasi keinginan sekaligus memberdayakan komponen yang di miliki oleh sekolah untuk dapat melakukan manajemen sekolah yang baik,perlu melakukan manajemen pendidikan  dengan baik.

Manajemen pendidikan adalah alat yang di perlukan dalam usaha mencapai tujuan  pendidikan, unsur manajemen dalam pendidikan merupakan prinsip-prinsip manajemen dalam bidang pendidikan.[3] Peningkatan  mutu pendidikan di Indonesia harus dilakukan. Salah satu   usaha yaitu dengan melakukan manajaemen kesiswaan yang baik. manajemen kesiswaan merupakan suatu penataan atau pengaturan segala aktivitas yang berkaitan dengan  peserta didik, yaitu mulai dari masuknya peserta didik sampai dengan keluarnya peserta didik dari suatu lembaga.

      Sementara itu Mulyono, dalam manajemen administrasi dan organisasi pendidikan mengemukakan bahawa manajemen kesiswaan adalah seluruh proses yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secarakontinyu terhadap seluruh peserta didik agar dapat mengkuti PBM dengan efektif.

Manajemen kesiswaan adalah pengarahan dan upaya yang di berikan oleh siswa yang berhubungan dengan kegiatan yang dibutuhkan (layanan) kesiswan itu sendiri mulai dari diterimanya siswa masuk sekolah (input) ,mengikuti seluruh proses pendidikan yang ada di sekolah kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler sampai peserta didik meninggalkan sekolah baik karena mutasi atau sudah tamat mengikuti pendidikan di sekolah. Langakah berikutnya dari manajemen kesiswaan adalah melakukukan pembinaan dan pengembangan terhadap peserta didik. Pengembangan dan pembinaan peserta didik  dilakukan agar peserta didik mendapat berbagai macam pengalaman belajar untuk bekal kehidupannya dia yang akan datang.

Dalam kegiatan pembinaan dan pengembangan inilah peserta didik di proses untuk menjadi manusia yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan.Bakat ,minat dan kemampuan siswa harus di tumbuh kembangkan secara optimal melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler,dalam manajaemen kesiswaan tidak boleh ada anggapan bahwa kegiatan kurikuler lebih penting dari kegiatan ekstrakurikuler atau sebalinya.Kedua kegitan ini harus di laksanakan karena saling menunjang dalam proses pembinaan an pengembangan kemampuan peserta didik.

Manajemen kesiswaan ini sangat penting dan dibutuhkan dalam lembaga pendidikan untuk mengatur dan mengarahkan peserta didiknya untuk menjdi lebih baik secara efektif dan efisien.pembinaan dan potensi peserta didik diharapkan dapat menjadikan peserta didik menjadi manusia sesuai tujuan pendidikan. Dengan adanya proses pembinaan dan pengembangan peserta didik dapat menciptakan luusan atau output yang berkualitas tinggi. Dengan lulusan yang berkualitas maka di harapkan terjadi peningkatan mutu pendidikan nasional,serta dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia.

Salah satu pendidikan yang ada di Indonesia adalah pendidikan Islam.Pendidikan Islam adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasamani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil).[4] Pendidikan juga merupakan”proses budaya” untuk meningkatan harkat dan martabat manusia,melalui proses yang panjang dan berlangsung sepanjang hayat. pendidikan mencangkup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan penggalamanya, pengetahuanya, kecakapanya serta keterampilannya kepda generasi muda untuk memungkinkanya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya.[5]

Mutu adalah sebuah filosofis dan metodologis yang mambantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan Mutu adalah (ukuran) ,baik buruk suatu benda,taraf atau derajat kualitas.[6]

Mutu pendidikan adalah kemampuan pendidikan (sekolah) dalam mendayagunakan sumber-sumber yang ada untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin.[7]

Dalam konteks pendidikan pengertian mutu,dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam “proses pendidikan” yang bermutu terlibat berbagai input,seperti; bahan ajar (kognitif ,afektif, psikomotorik) ,metodologi ( bervariasi sesuai kemampuan guru),sarana sekolah,dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainya serta pencapaian suasana yang kondusif. Manajemen sekolah berfungsi mensinkronkan berbagai input atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara pendidik,peserta didik, dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas,baik konteks kurikuler maupun ekstrakurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis maupun yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran dalam kondisi obyektifnya banyak pengelola sekolah mendapatkan kesulitan dalam menejemen kesiswaan yang berkaitan dengan rekrutmen pesertadidik, penertiban peserta diik ataupun pengembangan bakat peserta didik.

Padahal tiga hal tersebut sangat mendukug siswa dalam meningkatkan prestasi pesrta didik pada akhirnya hal tersebut dapat meningkatkan mutu sekolah.

SMP Islam Lumajang merupakan salah satu sekolah menengah pertama Islam terletak di jalan Kapt. Kyai Ilyas No 143 . SMP Islam merupakan sekolah yang dulunya  didirikan pada tahun 1975 oleh  Lembaga pendidikan Ma’arif NU Lumajang  yang dulunya bernama yayasan sosial pendidikan islam (YSPI)  yang kini mengganti namanya menjadi SMP Islam Klojen Lumajang. SMP Islam tergolong sekolah yang memiliki mutu pendidikan yang baik, hal ini dibuktikan dengan predikat sekolah terakreditasi B.

Mengingat pentingnya manajemen kesiswaan dalam peningkatan kualitas dari suatu lulusan atau output pendidikan, dan tentunya akan meningkatkan mutu pendidikan, maka penerepan manajemen kesiswaan yang baik perlu dilakukan. Dalam hal ini SMP Islam Klojen sebagai lembaga pendidikan Islam sudah seharusnya menerapkan manajemen kesiswaan yang efektif dan efesien guna menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dimasyarakat.

Dari latar belakang yang diuraikan di atas peneliti antusias untuk meneliti peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan manajemen kesiswaan di SMP Islam Klojen Lumajang . Penelitian ini memilih SMP Islam Klojen sebagai tempat penelitian karena sekolah ini merupakan sekolah yang memiliki kualitas yang baik .Peneltian ini diharapkan dapat mengetahui hasil dari penerapan manajemen kesiswaan di  SMP Islam Klojen Lumajang serta implikasinya terhadap peningkatan mutu pendidikan.

   Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.  Bogdan dan Taylor yang di kutip dari bukunya lexi j. Moleong, mendefisinikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati.[8]

Dengan menggunakan ini peneliti dapat melihat dan memahami fenomena tentang apa yang di alami subyek peneliti, Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan dengan teori dari bawah ke atas (grouned theory), yaitu dari sejumlah data yang di kumpulkan ada yang saling berhubungan.[9]

 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis dan penyajian data didukung oleh wawancara, observasi dan dokumentasi di lapangan. Maka, data tersebut di analisis dan disajikan dalam pembahasan temuan yang menjadi jawaban dari pokok bahasan dalam rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya.

Dalam pembahasan temuan ini akan dibahas hal-hal atau temuan yang sesuai dengan pokok masalah tentang Manajemen Kesiswaan Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMP Islam Klojen Lumajang.

Hal tersebut dideskripsikan berdasarkan temuan peneliti pada waktu penelitian di lapangan tentang “Manajemen Kesiswaan Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMP Islam Klojen Lumajang.”

1. Manajamen kesiwaan dalam rekrutmen siswa untuk meningkatkan mutu pendidikan di SMP Islam Klojen Lumajang

“ Penerimaan peserta didik baru ini diharapakan dapat menjaring peserta didik yang potensial dan memiliki daya kompetitif baik dalam lingkungan lokal, regional, maupun nasional. Dengan demikain diharapkan PPDB dapat dihasilkan peserta didik yang mampu mewujudkan visi, misi, SMP Islam Klojen.”[10]

Adapun strategi yanng digunakan SMP Islam ini dalam menjaring calon peserta didik baru yaitu:

            1.) Menggunakan strategi presntasi

Strategi prestasi adalah salah satu yang di gunakan SMP Islam Klojen untuk mendapatkan pesertadiik yang berkulaitas dengan memberikan informasi PPDB lewat berkunjung langsung ke sekolah/madrasah . Strategi ini berpandanagan bahwa melalui people jasa yang kita tawarkan diterima dan diapresiasi.

Berikut urian syarat-syarat yang  terdapat pada proses pendaftaran calon peserta didik baru, yaitu:

a)  Mengisi Formulir Pendaftaran

b)  Menyediakan: - STTB dan Ijazah

                                         - Foto 3x4 (4 Lembar)

                                        - Foto Copy Kartu Keluarga

                                        - Foto Copy Akte Kelahiran

2. Manajamen kesiwaan dalam penertiban siswa untuk meningkatkan mutu pendidikan di SMP Islam Klojen Lumajang

Dalam teori yang dikemukakan oleh Wlliem Stern bahwasanya hukuman itu dibedakan menjadi 3 yaitu hukuman asosiatif, logis dan normatif. Di SMP Islam Klojen Lumajang juga di terapkan hukuman semacam itu sebagai berikut:

a.       Hukuman asosiatif

Berupa hukuman yang mengasosiasikan antara hukuman dan kejahatan atau pelanggaran, antara penderitaan yang diakibatkan oleh hukuman dengan oleh perbuatan yang dilakukan. Hal ini dengan dilakukan sosialisasi mengenai peraturan dan sangsi yang berlaku . Dan untuk menyingkirkan perasaan tidak enak terhadap hukuman yang berlaku, biasanya siswa akan menjauhi perbuatan yang tidak baik atau yang dilarang dalam artian mematuhi peraturan yang ada.

b.      Hukuman logis

Hukuman ini menunjukkan bahwasanya hukuman yang diberikan kepada peserta didik adalah akibat yang logis dari pekerjaan atau perbuatannya yang tidak baik.Ditunjukkannya akibat dari pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik agar ia sadar bahwa perbuatannya salah dan tidak akan mengulangi.

c.       Hukuman normatif

Hukuman ini bermaksud memperbaiki moral peseta didik yang melakukan pelanggaran dengan pembentukan watak peserta didik.

Hukuman administratif juga perlu diberikan seperti yang dijelaskan oleh febilillahadi,S.S yaitu dengan:

1.)    Surat peringatan

2.)    Skorsing

3.)    Denda

4.)    Dikeluarkan

5.)    Pemberian/pembebanan tugas-tugas sekolah/pelajaran dan lain-lain sesuai dengan ketentuan dan peraturan sekolah.

Dari segi pelaksanaannya peneliti berpendapat bahwa penerapan penertiban di SMP Islam Klojen Lumajang tidak sampai pada taraf pemukulan.Meski berupa hukuman fisik, tapi tetap berorientasi pada asas manfaat dan edukatif. Dalam pemberian hukuman pun terdapat tahapan-tahapan sehingga siswa ketika dihukum, diapun mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya. Adapun hukuman fisik yang sering diterapkan di SMP Islam Klojen adalah lari, push up dan bersih-bersih. Dan penerapan sangsi di SMP Islam Klojen masih dalam batas kewajaran, bersifat edukatif dan masih sesuai dengan konsep pendidikan.

3. Manajamen kesiwaan dalam pengembanagan siswa berbakat untuk meningkatkan mutu pendidikan di SMP Islam Klojen Lumajang

Berdasarkan pertimbangan bahwa setiap siswa memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda, maka sekolah mengembangkan dan mengarahkan potensi yang dimilki agar berkembang optimal. Sampai saat ini SMP Islam Klojen Lumajang menyelenggarakan pengembanagan siswa berbakat sebagai berikut :

a. Karate

  b. PMR (Palang Merah Remaja)

  c. Sepak bola

  d. Gulat

  e. Baca Tulis Al Qur’an

  d. Al-Banjari dan Kesenian

  f. Pramuka

 Dalam kegiatan ekstrakurikuler siswa diwajibkan mengikuti kegiatan yang bersifat wajib, yaitu pramuka dan baca tulis Al Qur’an bagi yang belum dapat membaca, selain wajib mengikuti kegiatan yang diwajibkan, siswa wajib memilih kegiatan ekstrakurikuler yang sifatnya pilihan minimal dua pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.[11]

Selain  kegiatan ekstrakurikuler, SMP Islam Klojen juga bertujuan untuk mewujudkan insan yang berakhlak mulia, menyeimbangkan antara ilmu pengetahuan, iman, dan taqwa. Untuk itu diprogramkan kegiatan keagamaan untuk mewujudkan tujuan tersebut memudahkan anak dalam proses pengembangan dan perwujudan diri.

1.Kosep dasar tentang manajemen kesiswaan

Manajemen kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal    yang berkaitan dengan siswa, pembinaan sekolah mulai dari perencanaanpenerimaan siswa, pembinaan selama siswa berada di sekolah, sampai dengan siswa menamatkan pendidikannya melalui penciptaan suasana yang kondusif terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif.[12]

Manajemen kesiswaan adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh siswa (dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses PBM dengan efektif dan efisien.[13]

Manajemen kesiswaan juga berarti seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinyuterhadap seluruh peserta didik agar dapat mengikuti proses belajar mengajar secara efektif dan efisien mulai dari penerimaan peserta didik hingga keluarnya peserta didik dari suatu sekolah.[14] Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa mulai dari penerimaan peserta didik hingga keluarnya peserta didik dari suatu sekolah.

Adapun tugas-tugas waka kesiswaan diantaranya :

a.       Menyusun progam kegiatan kesiswaan setiap awal tahun pelajaran dan melapaorkan kepada kepala sekolah untuk mendapatkan pengesahan.

b.      Merencanakandan melaksanakan penerimaan peserta didik baru

c.       Merencanakan dan melaksanakan orientasi peserta didik baru

d.      Mengorganisir kegiatan pembinaan OSIS, kegiatan ekstrakurikuler.

e.       Pembinaan siswa berbakat

f.        Mengatur tata tertib peserta didik dan mengurus peserta didik yang melanggar tatib

g.      Mengatur seluruh kegiatan peserta didik di dalam maupun di luar sekolah

h.      Mengorganisir kegiatan karya wisata peserta didik

i.        Kegiatan pelepasan peserta didik yang sudah lulus

 

  2. Kosep dasar tentang mutu pendidikan

Menurut Edward Sallis mutu adalah sebuah filosofiis dan metodelogi yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan.[15]

Sementara Sudarwan Danim menjelasakn bahwa mutu mengandung makna derajat keunggulan suatu produk atau hasil kerja,baik berupa barang dan jasa.[16] Sedangkan dalam dunia pendidikan barang dan jasa itu bermakana dapat dilihat dan tidak dapat dilihat,tetapai dapatdi rasakan.

Mutu pendidikan adalah kemampuan pendidikan (sekolah) dalam mendayagunakan sumber-sumber yang ada untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin.[17]

    Dalam konteks pendidikan pengertian mutu dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan.Dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input,seperti;bahan ajar (kognitif, afektif,atau psikotomorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru),sarana sekolah,dukungn administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.

Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi(proses) belajar mengajar baik antara pendidik,peserta didik dan sarana pendukung dikelas maupun diluar kelas;baik konteks kurikler maupun ekstra-kurikuler,baik dalam lingkup subtansi yang akademis maupun yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran.

Mutu dalam konteks “hasil pendidikan” mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test kemampuan akademis (misalnya ulangan umum,UNAS). Dapat  pula  prestasi di bidang lain seperti prestasi di suatu cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu misalnya: komputer, beragam jenis teknik, jasa. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin ,keakraban ,saling menghormati, kebersihan.

Antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling berhubungan.Akan tetapi agar proses yang baik itu tidak salah arah,maka mutu dalam artian hasil (ouput) harus dirumuskan lebih dahulu oleh sekolah,dan harus jelas target yang akan dicapai untuk setiap tahun atau kurun waktu lainnya.Berbagai input dan proses harus selalu mengacu pada mutu-hasil (output) yang ingin dicapai. Dengan kata lain tanggung jawab sekolah dalam school based quality improvement bukan hanya pada proses,tetapi tanggung jawab akhirnya adalah pada hasil yang dicapai.

Mutu pendidikan adalah kemampuan pendidikan (sekolah) dalam  mendaya gunakan sumber-sumber yang ada untuk meningkatkan  kemampuan   belajar  seoptimal  mungkin.[18]

Mortimore, dalam bukunya Hendyat Soetopo mengemukakan beberapa faktor yang perlu dicermati agar kualitas pendidikan dapat di tingkatkan :

  1. Kepemimpinan yang positif dan kuat. Tidak dapat di pungkiri, bahwa faktor kepemimpinan yang di terapkan sangat menentukan peningkatan mutu pendidikan.
  2. Harapan yang tinggi : Tantangan bagi berfikir siswa. mutu pendidikan dapat di peroleh jika harapan yang di terapkan kepada peserta didik memberikan tantangan kepada mereka untuk berkompetisi mencapai tujuan pendidikan.
  3. Monitor terhadap kemajuan siswa. aspek monitor menjadi penting karena keberhasilan siswa tak akan terekam dengan baik tanpa adanya aktivitas monitoring.
  4. Tanggungjawab siswa dan keterlibatannya dalam kehidupan sekolah. Pendidikan akan berkualitas jika menghasilkan lulusan yang bertanggungjawab, disiplin, kreatif, dan trampil.
  5. Intensif dan hadiah. Penerapan pendidikan yang memberikan hadiah dan intensif bagi keberhasilan pendidikan akan meningkatkan usaha belajar siswa.
  6. Keterlibatan orang tua dalam kehidupan sekolah. Faktor ini telah menjadi klasik sebagai realisasi dari tanggungjawab pendidik.
  7. Perencanaan dan pendekatan yang konsisten. [19]

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Mutu Pendidikan

Selain dari faktor di atas ada juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan antara lain :

a)      Faktor tujuan pendidikan.

b)      Faktor masukan atau imput pendidikan

c)      Faktor manajemen dan supervisi pendidikan.

d)      Faktor personel pendidikan (siswa, guru, staf, kepala sekolah, pengawas)

e)      Faktor sarana dan prasarana pendidikan (kurikulum, fasilitas, peralatan, belajar, gedung, bengkel, perpustakaan dan lain-lain).

f)       Faktor instansional (semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan).

g)      Faktor ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang di pelajari siswa.

3. Rekrutmen peserta didik

   a. Pengertian rekrutmen peserta didik

     Rekruitmen peserta didik di sebuah lembaga pendidikan (sekolah) pada hakekatnya adalah merupakan proses pencarian, menentukan dan menarik pelamar yang mampu untuk menjadi peserta didik di lembaga pendidikan(sekolah) yang bersangkutan. [20]

Rekrutmen peserta didik dalam tinjauan manajemen  penyelenggaran pendidikan formal (persekolahan) merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh sekolah untuk menghimpun, menyeleksi, dan menempatkan calon peserta didik menjadi peserta didik pada jenjang dan jalur pendidikan tertentu. Kerutinan ini tidak mengurangi potensi masalah yang menyertai dalam proses rekruitmen.

 Kebijakan rekrutmen perlu mendasarkan pada konsep dan aturan yang ajeg dan berlaku dalam penyelenggaraan pendidikan. ditetapkan oleh sekolah berdasarkan rambu-rambu/standar yang dikeluarkan oleh pemerintah Kab./Kota, provinsi, dan pemerintah pusat. [21]

Rekrutmen peserta didik merupakan tahapan awal dalam manajemen peserta didik. Dalam konteks dunia pendidikan, rekrutmen peserta didik memiliki pengertian yang lebih khusus, terkait dengan pencarian peserta didik yang akan menjadi anak didik dan diberikan layanan pendidikan.[22]

Pengertian lain tentang rekrutmen peserta didik adalah suatu proses untuk mendorong para calon peserta didik atau para calon peserta didik yang potensial untuk masuk atau mendaftar pada program, kursus, kelas, atau sekolah tertentu. Definisi ini tidak mempersepsi bahwa rekrutmen peserta didik adalah proses yang tidak aktif, yaitu proses sekolah menunggu calon peserta didik datang ke sekolah untuk melamar menjadi peserta didik pada sekolah yang bersangkutan. Lebih dari itu, definisi di atas mengungkapkan bahwa proses rekrutmen merupakan proses yang mencari dan bahkan mendorong calon-calon peserta didik untuk menjadi peserta didik pada suatu sekolah.

 b.Tujuan Rekrutmen Peserta Didik

                          Tujuan rekrutmen peserta didik adalah untuk mendapatkan peserta didik yang memiliki karakteristik sesuai dengan kemampuan sekolah dalam membina dan mengembangkan peserta didik. Hal ini berarti bahwa peserta didik akan mendapatkan layanan tidak tepat jika diterima pada sekolah tersebut, sehingga sekolah harus tidak menerimanya. Proses calon peserta didik tidak diterima di suatu sekolah terjadi berdasarkan hasil seleksi terhadap sejumah kriteria/persyaratan yang Tujuan khusus rekrutmen peserta didik adalah:

1)      Mendapatkan siswa yang memiliki karakteristik sebagaimana ditetapkan dalam syarat-syarat penerimaan siswa baru.

2)      Memberikan keadilan kepada masyarakat dan calon peserta didik untuk mendapatkan pendidikan yang tepat

c. Tahapan Rekrutmen Peserta Didik                                                                    

1)      Pembentukan tim Penerimaan siswa baru

2)      Penyusunan prosedur dan persyaratan-persyaratan bagi calon peserta didik.

3)      Pengumuman/sosialiasi sejumlah pesyaratan dan mekanisme yang harus ditempuh oleh anak calon peserta didik dan orang tua dalam proses seleksi/rekrutmen.

4)      Selanjutnya adalah proses penerimaan berkas dari anak/orang tua/yang mewakili kepada tim PSB.

5)      Verifikasi berkas oleh tim PSB

6)      Rapat tim PSB untuk penentuan penerimaan siswa

7)      Pengumuman hasil penerimaan siswa baru

8)      Penempatan peserta didik pada kelas-kelas,

9)      orientasi peserta didik baru

       4. Penertiban peserta didik

a.Pengertian Tata Tertib

Menurut bahasa “tata” artinya aturan, sedangkan “tertib” artinya teratur atau menurut aturan. Menurut istilah tata tertib adalah peraturan  yang harus ditaati atau dilaksanakan.  Dalam buku  Sosiologi   Pendidikan karya Muhammad Rifa’i,Mulyono menjelaskan bahwa tata tertib adalah kumpulan aturan- aturan yang dibuat secara tertulis dan mengikat anggota masyarakat.[23]

Jadi, penulis menyimpulkan tata tertib adalah peraturan- peraturanyang harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua anggota yang ada dalam suatu lembaga. Seperti di sekolah, rumah, bahkan di lingkungan tempat tinggal. Semua memiliki tata tertib yang berbeda dan hukuman atau sangsi bagi pelanggar yang berbeda-beda pula tergantung banyak atau tidaknya pelanggaran yang sudah dilakukan. Ada beberapa macam tata tertib, yaitu tata tertib di rumah, sekolah dan di masyarakat. Dan yang akan dibahas kali ini adalah tentang peraturan sekolah. Peran tata tertib sangat berarti bagi  kehidupan    bermasyarakat sesuai bunyi sila ke-2 yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Peraturanperaturan yang sudah ada digunakan untuk mengatur  pola kehidupan  masyarakat  agar   berjalan  dengan    stabil.  Begitu  pula  halnya  sebuah lembaga  pendidikan yang kita kenal dengan sekolah.

Walaupun berbeda-beda  dalam setiap  sekolah  untuk   menentukan  tata tertibnya, ada banyak kesamaan dimasing- masing tata aturan dan tata tertib yang di berlakukan sekolah - sekolah.  Sebagaimana  yang  dikutip  oleh   Muhammad Rifa’i dalam  bukunya menurut Dekdikbud  1989  tata  tertib sekolah  adalah aturan   atau peraturan yang baik dan merupakan hasil pelaksanaan yang konsisten (taat asas) dari peraturan yang ada. Menurut Wiratomo, dalam buku Muhammad Rifa’i bahwa tata tertib sekolah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat  dipisahkan    satu   dengan yang lain sebagai aturan yang berlaku di sekolah agar proses   pendidikan    dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. [24]

Tata tertib dapat diartikan sebagai aturan yang harus dipatuhi setiapwarga sekolah tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Jadi  tata  tertib   sekolah menurut penulis adalah kumpulan aturan- aturan yang harus ditaati, dilaksanakan dan dibuat secara tertulis oleh pihak sekolah kemudian di sepakati oleh seluruh siswa agar terbentuk suasana belajar mengajar yang aman dan tenang. Dengan memberikan sangsi (punishment) kepada pelanggar dan memberikan hadiah (reward) kepada siswa yang berprestasi. Aturan - aturan ketertiban dalam keteraturan terhadap tata tertib sekolah, meliputi kewajiban, keharusan dan larangan-larangan.[25]

Tata tertib sekolah  merupakan  patokan  atau  standar  untuk  hal- hal tertentu. Pelaksanaan tata tertib sekolah dapat berjalan dengan baik jika guru, aparat sekolah dan siswa saling mendukung tata tertib sekolah. Kurangnya dukungan dari siswa akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang diterapkan disekolah.

b. Tujuan tata tertib

            Secara umum tata tertib sekolah mempunyai tujuan utama agar semua warga sekolah mengetahui apa tugas, hak dan kewajiban serta melaksanakan dengan baik sehingga kegiatan sekolah dapat berjalan dengan lancar.

Tujuan tata tertib sekolah meliputi beberapa aspek diantaranya sebagai

berikut :

1)      Akhlak dan kepribadian siswa melalui penciptaan iklim dan budaya sekolah yang kondusif dalam menunjang proses pembelajaran.

2)      Membentuk dan membiasakan pelaksanaan nilai-nilai karakter sekolah.

3)      Melatih siswa untuk dapat hidup tertib dan berakhlak mulia yang akan di implementasikan dalam kehidupan bermasyarakat.

4)      Memotivasi siswa untuk berprestasi yang dapat menjadikan sekolah yang berkualitas.

5)      Memonitor dan mengevaluasi perilaku siswa secara berkesinambungan  pertimbangan dalam penentuan kenaikan kelas, dan ketamatan belajar siswa.

Dari beberapa tujuan diatas dapat disimpulkan bahwa tata tertib sangat berguna untuk kelangsungan belajar mengajar disekolah. karena tata tertib dapat membentuk, membiasakan, melatih,dan memotivasi siswa untuk hidup tertib dengan berakhlak mulia dan berprestasi untuk jadi lebih baik.Dan sebagai guru profesional ada kalanya terus memonitor dan mengevaluasi perilaku siswa secara berkelanjutan agar dapat mengetahui perubahan akhlak siswa dari hari ke hari. Tata tertib sekolah termasuk dalam administrasi ke kurikulum yaitu merupakan kegiatan -  kegiatan yang diselenggarakan disekolah untuk menunjang dan meningkatkan daya dan hasil guna kegiatan  kurikulum.

  c. Tata tertib sekolah

Tata tertib sekolah termasuk dalam administrasi kurikulum yaitu merupakan kegiatan – kegiatan yang di selenggarakan sekolah untuk menunjang dan meningkatkan daya dan hasil guna kegiatan kurikulum.[26] Tata tertib sekolah bukan hanya sekedar kelengkapan dari sekolah melainkan merupakan kebutuhan yang harus mendapat perhatian dari semua pihak yang terkait terutama siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, sekolah pada umumnya menyusun pedoman tata tertib sekolah bagi semua pihak yang terkait baik guru, tenaga administrasi, maupun siswa. Isi tata tertib sekolah secara garis besar adalah berupa tugas  dan  kewajiban  siswa  yang    harus dilaksanakan, larangan dan sanksi. Pada hakikatnya, tata tertib sekolah, baik yang berlaku umum ataupun khusus, sebagaimana Arikunto, yang dikutip oleh Muhammad Rifa’i dalam bukunya ada tiga unsur:

a.       Perbuatan atau tingkah laku yang diharuskan dan yang dilarang.

b.      Akibat atau sanksi yang menjadi tanggung jawab pelaku atau pelanggar peraturan.

c.       Cara atau prosedur untuk menyampaikan peraturan kepada subyek yang dikenai tata tertib sekolah tersebut

  5.   Pengembanagan peserta didik berbakat

        a. Pengertian peserta didik berbakat

Pengertian bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih agar dapat terwujud.  Bakat adalah kemapuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau ketermapilan yang relative bisa bersifat umum ataupun khusus.[27] Kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.[28] Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan sekarang dan dikembangkan dimasa mendatang apabila kondisi latihan dikemukanan secara optimal sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan di masa yang akan datang. Bakat menentukan prestasi sesorang. Misalnya orang yang memiliki bakat matematika dan diperkirakan akan mampu mencapai prestasi tinggi dalam bidang itu. Jadi prestasi merupakan perwujudan dari bakat dan kemapuan. Prestasi yang sangat menonjol dalam salah satu bidang, mencerminkan bakat yang unggul dalam bidang tertentu. Anak berbakat anak-anak yang diidentifikasi oleh orang-orang profesional, yang karena kemampuannya yang sangat menonjol, dapat memberikan prestasi yang tinggi.[29]

Syamsul Yusuf dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, mengatakan bahwa anak berbakat adalah mereka yang tingkat integelensinya jauh diatas rata-rata anggota kelompoknya, yaitu IQ diatas 120. Ahli lain yang menggunakan IQ sebagai kriteria dalam menentukan anak berbakat adalah, Terman yang konsepnya mengenai keberbakatan hampir sekitar setengah abad mendominasi psikologi dan pendidikan. Torrance melaporkan hasil studinya mengenai kemampuan berfikir kreatif dalam kaitannya dengan keberbakatan. Ia mengemukakan bahwa apabila keberbakatan semata-mata diidentifikasi berdasarkan taraf intelegensi, maka sekitar 70% anak-anak yang tinggi kreatifitasnya tidak akan termasuk ke dalam kelompok mereka yang disebut anak berbakat.Munandar dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan mengemukakan anak berbakat itu lebih mengacu kepada anak yang menunjukkan kemampuan unjuk kerja yang tinggi dalam aspek intelektual, kreativitas, seni, kepemimpianan atau bidang akademik tertentu.Dari beberapa pendapat ahli maka anak berbakat adalahanak yang memiliki kemampuan yang lebih menonjol dari aspek intelektual, kreatif, seni, kepemimpianan atau bidang akademik tertentu yang menghasilkan prestasi tinggi.

Istilah yang melukiskan anak-anak berbakat, cerdas atau cemerlang yaitu genius, talented, gipted dan bright atau superior. Persamaan dari istilah-istilah tersebut adalah penyimpangan ke atas dari rata-rata. Sedangkan perbedaannya adalah:

1)      Genius digunakan pada mereka yang memiliki kemampuan unggul berhasil mencapai prestasi yang luar biasa, memberikan sumbangan yang orisinal dan bermutu, serta mempunyai makna yang universal atau mantap.

2)      Talented suatu bakat khusus yang tidak selalu menghasilkan prestasi yang luar biasa, tidak perlu orsini atau dampak yang universal

3)      Gipted atau berbakat mempunyai kesamaan dengan genius, karena keduanya berkaitan dengan kualitas intelektual, namun berbakat belum tentu terwujud dalam suatu karya unggul yang mendapat pengakuan universal. Jadi tidak semua anak berbakat merupakan anak genius

4)      Bright atau superior merujuk pada karakteristik seseorang yang memiliki intelegensi yang tinggi.

Menurut Marland dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, anak berbakat  adalah anak yang memiliki kemampuan tinggi dalam aspek:

a)      Kemampuan umum yang tinggi, yaitu kecerdasan individu yang berada pada posisi di atas rata-rata.

b)      Bakat akademik khusus, yaitu kemampuan individu dalam bidang-bidang tertentu seoerti bahasa dan matematika

c)      Kreatif dan berfikir produktif, yaitu kemempuan yang menghasilkan gagasan baru dengan memadukan elmen-elmen yang biasanya dianggap sebagai suatu yang terpisah-pisah atau tdak sejenis dan keampuan mengembangkan keterampialan baru yang mengandung nilai-nilai sosial.[30]

d)      Kepemimpianan, yaitu kemampuan untuk mengarahkan individu-individu atau kelompok untuk mengambil keputusan, memetapkan tindakan bersama atau mencapai tujuan tertentu.

e)      Kampuan dalam bidang seni, yaitu memiliki bakat khusus dalam bidang seni rupa, musik, tari, lukis, drama,silat  dan lainnya

Sementara menurut Renzulli dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan mengemukakan bahwa ada tiga dimensi yang menandai keberbakatan, yaitu:

1.      Kecerdasan, kemampuan umum yang biasanya diukur dengan teintelegensi di atas rata-rata.

2.      Kreativitas, kemampuan memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah

3.      Komitmen terhadap tugas, tanggung jawab, semangat, atau motivasi yang tinggi untuk menyelesaikan suatu tugas.

4.      Keterkaitan antara tiga ciri keberbakatan itu dapat digambarkan menggunakan diagram.

b.    Ciri-ciri peserta didik berbakat

Anak berbakat itu memiliki karakteristik yang menonjol dalam aspek-aspek kesiagaan mental, kemampuan pengamatan, keinginan unt belajar, daya konsentrasi, daya nalar, kemampuan membaca, ungkapan verbal, kemampuan menulis, kemampuan mengajukan pertanyaan yang baik, menunjukan minat yang luas, berambisi untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi, mandiri dalam memberikan pertimbangan, dapat memberikan jawaban yang tepat dan langsung kesasaran, mempunyai rasa humor yang tinggi, melibatkan diri sepenuhnya dan ulet menghadapi tugas yang diminati.[31]

Menurut Balitbang Depdiknas (1986) mengungkapkan ciri-ciri keberbakatan peserta didik dilihat dari aspek kecerdasan, kreativitas, dan komitmen terhadap tugas:

1)      Lancar berbahasa ( mampu mengutarakan pikirannya)

2)      Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan

3)      Memiliki kemampuan yang tinggi dalam berpikir logis dan kritis

4)      Mampu belajar/bekerja secara mandiri

5)      Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)

6)      Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya

7)      Cermat atau teliti dalam mengamati

8)      Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah

9)      Mempunyai minat yang luas

10)  Mempunyai daya imajinasi yang tinggi

11)  Belajar dengan cepat

12)  Mampu mengemukakan dan mempertahankan pendapat

13)  Mampu berkonsentrasi

14)  Tidak memerukan dorongan (motivasi) dari luar.

c.  Faktor-faktor yang mempengaruhi bakat

Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa anak-anak berbakat memiliki potensi yang unggul. Potensi ini dapat disebabkan oleh faktor keturunan, yang dilakukan oleh ahli terhadap tingkat keceradasan. Keberbakatan anak dalam proses perkembangannya memerlukan sentuhan dari lingkungan, berupa perawatan, pengasuhan dan pendidikan. Lingkungan merupan faktor yang juga mempengaruhi perkembangan keberbakaan anak. Melalui lingkungan anak memperoleh apa yang dibutuhkannya, termasuk peluang-peluang yang mendukung teraktualisasikan potensi yang dimilikinya. Faktor lingkungan ini diantaranya menyangkut aspek nutrisi yang dikonsumsi anak dan kenyamanan hidupnya, yang mempengaryhi perkembangan keberbakatan itu, disamping aspek yang bersifat fisik, juga kondisi lingkungan yang bersifat psikologis.[32]

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi bakat seseorang terwujud yaitu:

a)      Keadaan lingkungan seseorang. Seperti, kesempatan, sarana dan prasarana yang tersedia, dukungan dan dorongan orang tua, taraf sosial, pedesaan, dan sebagainya.

b)      Keadaan dalam diri sendiri. Seperti, minatnya terhadap suatu bidang, keinginannya untuk berprestasi, dan keuletannya untuk mengatasi kesulitan atau rintangan yang mungkin timbul.

 

 

d.   Jenis-jenis Bakat

Yoesoef Noesyirwan dalam Psikologi Umum menggolongkan jenis bakat atau kemampuan menurut fungsi atau aspek-aspek yang terlibat dan menurut prestasinya. Berdasarkan fungsi atau aspek jiwa raga yang terlibat dalam berbagai macam prestasi, bakat dapat dibedakan dalam :

1)      Bakat yang lebih berdasarkan psikofisik

Bakat jenis ini adalah kemampuan yang berakar pada jasmaniah sebagai dasar dan fundamen bakat, seperti kemampuan pengindraan, ketangkasan atau ketajaman panca indra, kemampuan motoriik, kekuatan badan, kelincahan jasmani, keterampilan jari-jemari, tangan dan anggota badan.[33]

2)      Bakat kejiwaan yang bersifat umum

Yang dimaksud dengan bakat jenis ini ialah kemampuan ingatan daya khayal atau imajinasi dan intelegensi. Daya ingat adalah kemampuan menyimpan isi kesadaran pada satu saat dan membawanya kembali ke permukaan pada saat yang lain. Dalam ingatan, jiwa kita bersifat menerima dan reproduktif. Daya khayal merupakan isi kesadaran yang berasala dari dunia dalam kita sendiri, berupa gambar khayalan dan ide-ide kreatif, sehingga jiwa kita bersifat spontan dan produktif. Adapun intelegensi adalah kemampuan menyesuaikan diri pada keadaan dengan menggunakan alat pemikiran yang berbeda dengan penyesuaian diri karena kebiasaan atau sebagai akibat latihan (drill) dan coba-coba (trial and error). [34] Penyesuaian diri karena kebiasaan, drill, dan trial and error, bersifat mekanis, kadang-kadang secara kebetulan memerlukan banyak waktu. Peneyesuaian diri dengan pemikiran terjadi karena pengertian, pendapat pemahaman, pencarian makna dan hubungannya yang tampak dalam pemecahan dan penguasaan keadaan baru dari kesulitan yang dihadapinya. Intelegensi dapat diuraikan sebagai kemampuan menangkap, memahami, menjelaskan, menguraikan, memadukan dan menyimpulkan arti hubungan dan sangkut paut makna. Tiap orang memiliki isi, proses, dan cara berfikir yang berbeda satu dengan yang lainnya.

3)      Bakat-bakat kejiwaan

majemuk Bakat-bakat yang khas atau bakat dalam pengertian yang sempit ialah bakat yang sejak awal sudah ada dan terarah pada suatu lapangan yang terbatas, seperti bakat bahasa, bakat melukis, bakat music, bakat seni, bakat ilmu dan lain-lain. Adapun bakat majemuk yang berkembang lambatlaun dari bakat produktif  kea rah yang sangat bergantung dalam keadaan di dalam dan di luar individu, seperti bakat filsafat, bakat hukum, bakat pendidik, bakat psikologi, bakat kedokteran, bakat ekonomi, bakat politik dan lain-lain.

4)      Bakat perasaan dan kemampuan

Bakat yang lebih berdasarkan pada alam perasaan dan kemampuan Bakat ini berhubungan dengan watak, seperti kemampuan untuk mengadakan kontak sosial, kemampuan mengasihi, kemampuan merasakan atau menghayati, perasaan orang lain.[35]

 e. Pihak yang berperan dalam pengembanganpeserta didik berbakat

1.)    Peran Guru

a)      Pertama-tama guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tetapi juga bagaimana guru melakukannya, guru pun perlu memiliki pengertian tentang keterbakatan.

b)      Guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak

c)      Guru anak berbakat hendaknya lebih banyak memberikan tantangan daripada tekanan

d)      Guru anak berbakat tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi lebih-lebih proses belajar

e)      Guru anak berbakat lebih baik memberikan umpan balik dari pada penilaian

f)       Guru anak berbakat harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar

g)      Guru hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa harga diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam menentukan pendapat dan keputusan

2.)    Peran Orang Tua

Orang tua memegang peranan yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak berbakat istimewa :

a)      Memahami konsep keberbakatan istimewa

b)      Perlu dipahami bahwa anak yang memiliki potensi berbakat istimewa memerlukan dorongan psikologis maupun materil yang berbeda maka pengasuhannya diharapkan disesuaikan dengan karakteristik yang dimilikinya

c)      Membuat komunikasi dengan pihak sekolah dalam mengembangkan pendidikan bagi anaknya

d)      Mengembangkan lingkungan yang kondusif dalam proses pendidikan anak berbakat istimewa.

3.)    Masyarakat

             Suatu masyarakat yang berdasarkan pada hukum yang adil, yang memungkinkan kondisi ekonomi dan psikologis baik bagi warga negaranya, merupakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan kreatifitas. Terdapat sembilan faktor sosiokultural yang kreatif.

a)      Tersedianya sarana kebudayaan

b)      Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan

c)      Penekanan pada “becoming” (menjadi) bukan sekedar hanya pada “being” (sekedar ada)

d)      Memberikan kesempatan bebas terhadap media kebudayaan bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi

e)      Timbulnya kebebasan setelah pengalaman tekanan dan tindakan keras

f)       Keterbukaan terhadap kebudayaan yang berbeda, bahkan yang kontras

g)      Toleransi dan minat terhadap pandangan yang divergen

h)      Adanya interaksi antara individu-individu yang berpengaruh

i)       Adanya insentif, penghargaan, atau hadiah

Selain itu sangat dibutuhkan kerjasama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga dan sekolah dapt bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat, misalnya dengan memandu dan memupuk minat anak.  Perlu diadakan pertemuan berkala antara guru-guru yang membimbing anak berbakat dengan orang tua anak berbakat untuk bersama-sama membicarakan dan mambahas masalah-masalah yang timbul berkaitan dengan keberbakatan anak.

 

 


Kesimpulan

 Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Manajemen Kesiswaan Dalam  Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMP Islam Klojen Lumajang”  yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Penulis menyimpulkan:

  1. Manajamen kesiwaan dalam rekrutmen siswa untuk meningkatkan mutu pendidikan di SMP Islam Klojen Lumajang adalah sebagai berikut:

a)      Pelaksanaan manajemen kesiswaan di SMP Islam Klojen Lumajang  dilaksanakan dengan baik. Pelaksanaan manajemen kesiswaan dilaksanakan sesuai dengan tugas manajemen kesiswaan yaitu perencanaan penerimaan siswa baru, pelaksanaan penerimaan siswa baru, pendataan dan pencatatan siswa, bimbingan, pembinaan siswa, dan kelulusan.

  1. Manajamen kesiwaan dalam peneriban siswa untuk meningkatkan mutu pendidikan di SMP Islam Klojen Lumajang adalah sebagai berikut:

a)      Upaya yang dilakukan berkaitan dengan manajemen kesiswaan  dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah meningkatkan kedisiplinan siswa melaui sistem poin .

b)      Penertiban melalui administrative di anataranya:

1.      Surat peringatan

2.      Skorsing

3.      Denda

4.      Dikeluarkan

5.      Pemberian/pembebanan tugas-tugas sekolah/pelajaran dan lain-lain sesuai dengan ketentuan dan peraturan sekolah

3.Manajamen kesiwaan dalam pengembangan siswa untuk meningkatkan mutu pendidikan di SMP Islam Klojen Lumajang adalah sebagai berikut:

a)    Meningkatkan kegiatan ekstrakurikuler, mengirimkan siswa berbakat ke perlombaan dan memotivasi siswa.

b) penambahan sarana prasarana kegiatan ekstrakurikuler dan penambahan pendidik ektrakulikuler agar menigkatnya prestasi siswa baik akademik maupun non akademik.

REFERENSI

Ahmadi, Abudkk . 1985.Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmadi, Abu dan Supriono, Widoso. 2013.Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka  Cipta.

 

Ahmad D Marimba.1998.Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Almaarif

Ary Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, Jakarta: PT      Rineka Cipta

 

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada

AmalAbdussalam,Al-Kahli.2005.Mengembangkankreatifitas Anak,Jakarta:Pustaka Al-Kautsar

 

Badrudin,Manajemen Peserta Didik,Jakarta: PT.Indeks,

Didin  Kurniadin,  dan  Imam  Machali.2012.Manajemen Pendidikan Konsep  dan  Prinsip Pengelolaan Pendidikan, Yogyakarta: AR-RUZZ Media

 

Direktotorat jenderal pendidikan islam departemen agama RI,2006

Depdikbud,KamusBesar Bahasa Indonesia,Jakarta;Balai Pustaka

Depdiknas. 2008. KamusBesar Bahasa Indonesia.Jakarta: Pusat Bahasa

Edward Sallis,Total Quality Management in Education; Manajemen Mutu Pendidikan(Terj.Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi) Jogjakarta:IRCiSoD

 

Eka Prihatin,2010. Manajemen Peserta didik, Bandung: Alfabeta

Hasbullah.2008. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan,Jakarta:PT.Raja grafindo

Joko Subagio, Metode Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta

Latifah Husien.2017. Profesi Keguruan,Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Lalu Sumayang.2005. Manajemen produksi dan oprasi,Jakarta:Salemba Empat

Moleong, Lexy J. 2004.Metodologi  Penelitian  Kualitatif.   Bandung: Remaja  Rosdakarya.

 

Muhammad   Rifai, Sosiologi   Pendidikan, Yogyakarta:  Ar-Ruz media

Munandar,Pemanduan  Anak  Berbakat. Jakarta: CV.Raja Wali

Mulyono.2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

 

Sudarwan Danim.2010.visi Baru Manajemen Sekolah.Jakarta;Bumi Aksara

Sugiyono. 2008.MetodePenelitianPendidikanPendekatanKuantitatif, Kualitatif, dan R&D.  Bandung: Alfabeta

Syaiful Bahri Djamarah.2010.Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif ,Jakarta:PT.Asdi Mahasty

 

SuharsimiArikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Jakarta : RenikaCipta

 

Winarno surakhmat, Pengantar Penelitian Ilmiah Metode Teknik, Bandung

W. Mantja.2007. Profesionalisasi Tenaga Kependidikan, Manajemen Pendidikan dan SupervisiPengajaran,Malang: Elang Mas

 

Zamroni, Meningkatkan   mutu  sekolah, Jakarta:PSAP Muhammadiyah

 

 



[1] UU RI NO 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,(Direktotorat jenderal pendidikan islam departemen agam RI,2006),5.

[2] PP  NO 19 Tahun 2005 tentang standart Nasional pendidikan,(Direktotorat jenderal pendidikan islam departemen agam RI,2006),150-153.

 

[3] Didin  Kurniadin,  dan  Imam  Machali,  ManajemenPendidikanKonsep dan Prinsip 
Pengelolaan Pendidikan, (Yogyakarta: AR-RUZZ Media, 2012), 117. 

 

[4] Ahmad D Marimba,Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,(Bandung:Almaarif 1998),19.

[5] Latifah Husien,Profesi Keguruan,( Yogyakarta: Pustaka Baru Press 2017),54.

[6] Depdikbud,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta;Balai Pustaka,1991),677.

[7] Latifah Husien,Profesi Keguruan,( Yogyakarta: Pustaka Baru Press 2017),58.

[8]Lexy J.Moleong, MetodologiPenelitianKualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2004), 4

[9]SudarmanDanin, MenjadiPenelitiKualitatif, (Bandung: Pustaka Setia,2002), 52

[10] Wawancara dengan Ardhana selaku ketua PPDB

[11] Wawancara dengan Ardhana, 7 juni 2019

[12] W. Mantja, Profesionalisasi Tenaga Kependidikan, Manajemen Pendidikan dan SupervisiPengajaran,(Malang: Elang Mas, 2007), 35

[13] Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, , (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2008),  178

[14] Ary Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, (Jakarta: PT Rineka Cipta,1996),  9.

[15] Edward Sallis,Total Quality Management in Education;Manajemen Mutu Pendidikan(Terj.Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi).(Jogjakarta:IRCiSoD,2006),33

[16] Sudarwan Danim,visi Baru Manajemen Sekolah.(Jakarta;Bumi Aksara 2007),53

[17] Latifah Husien,Profesi Keguruan,( Yogyakarta: Pustaka Baru Press 2017),58

[18] Sudarwan Danim.Profisionalisasi dan Etika Profesi Guru (Alfabeta Bandung,2010),18

[19] Hendyat Soetopo, Pendidikan dan Pembelajaran, (Cet: I Malang, UMMMalang, 2005)  94-96

[20] Syaiful Bahri Djamarah.Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta:PT.Asdi Mahastya,2005),25

[21] Anas Sudijono,Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada2008),2

[22] Anas Sudijono,Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada2008),3

 

[23] Muhammad Rifai, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruz media, 2011),139

 

 

[24] Muhammad Rifai, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruz media, 2011),140

[25] Badrudin,Manajemen Peserta Didik,(Jakarta:PT.Indeks,2014),32

[26] Muhammad Rifai, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruz media, 2011),142

[27] Munandar,Pemanduan Anak Berbakat.(Jakarta:CV.Raja Wali),79.

[28] Munandar,Pemanduan Anak Berbakat.(Jakarta:CV.Raja Wali),95.

[29]  Badrudin,Manajemen Peserta Didik,(Jakarta:PT.Indeks,2014),50

[30] Zamroni,Meningkatkan mutu sekolah,(Jakarta:PSAP Muhammadiyah ,2007),2

[31] Munandar,Pemanduan Anak Berbakat.(Jakarta:CV.Raja Wali),25

[32] Mujib,Pemikiran Pendidikan (Jakarta:Rineka Cipta,1999),90

[33] Hasbullah,Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan,(Jakarta:PT.Rajagrafindo,199),30

[34] Eka Prihatin,Manajemen Peserta didik,(Bandung:Alfabeta,2011),70

[35] Lalu Sumayang, Manajemen produksi dan oprasi,(Jakarta:Salemba Empat,2003),90

Komentar

Postingan Populer