MANAJEMEN KESISWAAN DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SMP ISLAM KLOJEN LUMAJANG
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan bagian dari kehidupan manusia. Karena itu mutlak diperlukan.
Anak yang baru lahirpun memerlukan pendidikan, bahkan sejak ia dikandung
ibunya. Pada umumnya sikap dan kepribadian anak didik ditentukan oleh pendidikan,pengalaman, dan
latihan-latihan, yang dilalui
sejak masih kecil.
Dalam perspektif keindonesiaan
,pengertian ,fungsi dan tujuan pendidikan di rumuskan dalam Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 pasal 1dan 3 ”Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta
keterampilan yang di perlukan dirinya ,masyarakat,bangsa dan negara”.[1]
Pendidikan
merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan merupakan
faktor utama dalam pembentukan kepribadian manusia.Kualitas sumber daya manusia
dapat dilihat dari sejauh mana pelaksanaan pendidikan itu berlangsung di suatu
bangasa.Pemerintah sangat menyadari betapa pentingya pendidikan untuk
meningkatkan kulaitas sumber daya manusia. Oleh karena itu pemerintah bersama stakeholder senantiasa
mewujudkan hal tersebut melalui berbagai upaya pembangunan pendidikan yang
lebih berkualitas.
Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia sangat
diperlukan agar dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia di lakukan
oleh lembaga pendidikan itu sendiri, sesuai dengan PP Nomor 19 Tahun 2005.[2]
Undang-Undang tersebut memuat visi, misi, fungsi dan tujuan pendidikan nasional, serta strategi
pembangunan pendidikan nasional,untuk mewujudkan pendidikan bermutu, relevan dengan
keadaan masyarkat saat ini,serta berdaya saian dalam kehidupan global.Aturan
tersebut memberikan otonomi yanag luas pada sekolah untuk mengelola sekolah
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan kadaan masyarakat dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan secara umum.
Pemberian otonomi kepada sekolah menuntut sekolah melakukan manajemen yang lebik baik agar
dapat mengakomodasi keinginan sekaligus memberdayakan komponen yang di miliki
oleh sekolah untuk dapat melakukan manajemen sekolah yang baik,perlu melakukan
manajemen pendidikan dengan baik.
Manajemen
pendidikan adalah alat yang di perlukan dalam usaha mencapai tujuan pendidikan, unsur manajemen dalam pendidikan
merupakan prinsip-prinsip manajemen dalam bidang pendidikan.[3] Peningkatan
mutu pendidikan di Indonesia harus dilakukan. Salah satu usaha yaitu dengan melakukan manajaemen
kesiswaan yang baik. manajemen kesiswaan merupakan suatu penataan atau
pengaturan segala aktivitas yang berkaitan dengan peserta didik, yaitu mulai dari masuknya
peserta didik sampai dengan keluarnya peserta didik dari suatu lembaga.
Sementara itu Mulyono, dalam manajemen administrasi dan organisasi pendidikan mengemukakan
bahawa manajemen kesiswaan adalah seluruh proses yang direncanakan dan
diusahakan secara sengaja serta pembinaan secarakontinyu terhadap seluruh
peserta didik agar dapat mengkuti PBM dengan efektif.
Manajemen
kesiswaan adalah pengarahan dan upaya yang di berikan oleh siswa yang
berhubungan dengan kegiatan yang dibutuhkan (layanan) kesiswan itu sendiri
mulai dari diterimanya siswa masuk sekolah (input) ,mengikuti seluruh proses
pendidikan yang ada di sekolah kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler sampai
peserta didik meninggalkan sekolah baik karena mutasi atau sudah tamat
mengikuti pendidikan di sekolah. Langakah berikutnya dari manajemen kesiswaan
adalah melakukukan pembinaan dan pengembangan terhadap peserta didik.
Pengembangan dan pembinaan peserta didik
dilakukan agar peserta didik mendapat berbagai macam pengalaman belajar
untuk bekal kehidupannya dia yang akan datang.
Dalam kegiatan
pembinaan dan pengembangan inilah peserta didik di proses untuk menjadi manusia
yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan.Bakat ,minat dan kemampuan
siswa harus di tumbuh kembangkan secara optimal melalui kegiatan kurikuler dan
ekstrakurikuler,dalam manajaemen kesiswaan tidak boleh ada anggapan bahwa
kegiatan kurikuler lebih penting dari kegiatan ekstrakurikuler atau
sebalinya.Kedua kegitan ini harus di laksanakan karena saling menunjang dalam
proses pembinaan an pengembangan kemampuan peserta didik.
Manajemen
kesiswaan ini sangat penting dan dibutuhkan dalam lembaga pendidikan untuk
mengatur dan mengarahkan peserta didiknya untuk menjdi lebih baik secara
efektif dan efisien.pembinaan dan potensi peserta didik diharapkan dapat
menjadikan peserta didik menjadi manusia sesuai tujuan pendidikan. Dengan adanya proses pembinaan dan pengembangan peserta didik dapat
menciptakan luusan atau output yang berkualitas tinggi. Dengan lulusan yang
berkualitas maka di harapkan terjadi peningkatan mutu pendidikan nasional,serta
dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia.
Salah satu pendidikan yang ada di
Indonesia adalah pendidikan Islam.Pendidikan Islam adalah bimbingan secara
sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasamani dan rohani peserta didik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil).[4]
Pendidikan juga merupakan”proses budaya” untuk meningkatan harkat dan
martabat manusia,melalui proses yang panjang dan berlangsung sepanjang hayat. pendidikan
mencangkup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan
penggalamanya, pengetahuanya, kecakapanya serta keterampilannya kepda generasi muda untuk
memungkinkanya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan
sebaik-baiknya.[5]
Mutu adalah sebuah filosofis dan
metodologis yang mambantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur
agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan. Sedangkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan Mutu adalah (ukuran) ,baik buruk suatu
benda,taraf atau derajat kualitas.[6]
Mutu pendidikan adalah kemampuan
pendidikan (sekolah) dalam mendayagunakan sumber-sumber yang ada untuk
meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin.[7]
Dalam konteks pendidikan pengertian
mutu,dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam
“proses pendidikan” yang bermutu terlibat berbagai input,seperti; bahan ajar
(kognitif ,afektif, psikomotorik) ,metodologi ( bervariasi sesuai kemampuan
guru),sarana sekolah,dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya
lainya serta pencapaian suasana yang kondusif. Manajemen sekolah berfungsi
mensinkronkan berbagai input atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi
(proses) belajar mengajar baik antara pendidik,peserta didik, dan sarana
pendukung di kelas maupun di luar kelas,baik konteks kurikuler maupun
ekstrakurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis maupun yang non-akademis
dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran dalam kondisi obyektifnya banyak pengelola
sekolah mendapatkan kesulitan dalam menejemen kesiswaan yang berkaitan dengan
rekrutmen pesertadidik, penertiban peserta diik ataupun pengembangan bakat
peserta didik.
Padahal tiga
hal tersebut sangat mendukug siswa dalam meningkatkan prestasi pesrta didik
pada akhirnya hal tersebut dapat meningkatkan mutu sekolah.
SMP Islam
Lumajang merupakan salah satu sekolah menengah pertama Islam terletak di jalan
Kapt. Kyai Ilyas No 143 . SMP Islam merupakan sekolah yang dulunya didirikan pada tahun 1975 oleh Lembaga pendidikan Ma’arif NU Lumajang yang dulunya bernama yayasan sosial
pendidikan islam (YSPI) yang kini
mengganti namanya menjadi SMP Islam Klojen Lumajang. SMP Islam tergolong
sekolah yang memiliki mutu pendidikan yang baik, hal ini dibuktikan dengan
predikat sekolah terakreditasi B.
Mengingat
pentingnya manajemen kesiswaan dalam peningkatan kualitas dari suatu lulusan
atau output pendidikan, dan tentunya akan meningkatkan mutu pendidikan, maka
penerepan manajemen kesiswaan yang baik perlu dilakukan. Dalam hal ini SMP
Islam Klojen sebagai lembaga pendidikan Islam sudah seharusnya menerapkan
manajemen kesiswaan yang efektif dan efesien guna menghasilkan lulusan yang
mampu bersaing dimasyarakat.
Dari latar
belakang yang diuraikan di atas peneliti antusias untuk meneliti peningkatan
mutu pendidikan melalui penerapan manajemen kesiswaan di SMP Islam Klojen
Lumajang . Penelitian ini memilih SMP Islam Klojen sebagai tempat penelitian
karena sekolah ini merupakan sekolah yang memiliki kualitas yang baik .Peneltian
ini diharapkan dapat mengetahui hasil dari penerapan manajemen kesiswaan
di SMP Islam Klojen Lumajang serta
implikasinya terhadap peningkatan mutu pendidikan.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor yang di kutip dari bukunya lexi j. Moleong, mendefisinikan pendekatan kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati.[8]
Dengan menggunakan ini peneliti dapat melihat
dan memahami fenomena tentang apa yang di alami subyek peneliti, Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan dengan teori
dari bawah ke atas (grouned theory), yaitu dari sejumlah data yang di kumpulkan ada yang saling
berhubungan.[9]
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis dan penyajian data didukung oleh
wawancara, observasi dan dokumentasi di lapangan. Maka, data tersebut di
analisis dan disajikan dalam pembahasan temuan yang menjadi jawaban dari pokok
bahasan dalam rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya.
Dalam pembahasan temuan ini akan dibahas hal-hal atau temuan yang
sesuai dengan pokok masalah tentang Manajemen Kesiswaan Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMP Islam Klojen Lumajang.
Hal tersebut dideskripsikan berdasarkan temuan
peneliti pada waktu penelitian di lapangan tentang “Manajemen Kesiswaan Dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMP Islam Klojen Lumajang.”
1. Manajamen kesiwaan dalam rekrutmen siswa
untuk meningkatkan mutu pendidikan di SMP Islam Klojen Lumajang
“ Penerimaan peserta didik baru
ini diharapakan dapat menjaring peserta didik yang potensial dan memiliki daya
kompetitif baik dalam lingkungan lokal, regional, maupun nasional. Dengan
demikain diharapkan PPDB dapat dihasilkan peserta didik yang mampu mewujudkan
visi, misi, SMP Islam Klojen.”[10]
Adapun strategi yanng digunakan SMP Islam ini dalam menjaring calon peserta
didik baru yaitu:
1.) Menggunakan strategi presntasi
Strategi prestasi adalah salah satu yang di gunakan SMP Islam Klojen untuk
mendapatkan pesertadiik yang berkulaitas dengan memberikan informasi PPDB lewat
berkunjung langsung ke sekolah/madrasah . Strategi ini berpandanagan bahwa
melalui people jasa yang kita tawarkan diterima dan diapresiasi.
Berikut urian syarat-syarat yang
terdapat pada proses pendaftaran calon peserta didik baru, yaitu:
a) Mengisi Formulir Pendaftaran
b) Menyediakan: - STTB dan Ijazah
- Foto 3x4 (4 Lembar)
- Foto Copy Kartu Keluarga
- Foto Copy Akte Kelahiran
2. Manajamen kesiwaan dalam penertiban siswa
untuk meningkatkan mutu pendidikan di SMP Islam Klojen Lumajang
Dalam teori yang dikemukakan oleh Wlliem Stern bahwasanya hukuman
itu dibedakan menjadi 3 yaitu hukuman asosiatif, logis dan normatif. Di SMP Islam Klojen Lumajang juga di terapkan hukuman semacam itu sebagai berikut:
a.
Hukuman
asosiatif
Berupa hukuman yang mengasosiasikan antara hukuman dan kejahatan
atau pelanggaran, antara penderitaan yang diakibatkan oleh hukuman dengan oleh
perbuatan yang dilakukan. Hal ini dengan dilakukan sosialisasi mengenai peraturan dan sangsi yang
berlaku . Dan untuk menyingkirkan perasaan tidak enak terhadap hukuman yang
berlaku, biasanya siswa akan menjauhi perbuatan yang tidak baik atau yang
dilarang dalam artian mematuhi peraturan yang ada.
b.
Hukuman
logis
Hukuman ini menunjukkan bahwasanya hukuman yang diberikan kepada peserta didik
adalah akibat yang logis dari pekerjaan atau perbuatannya yang tidak
baik.Ditunjukkannya akibat dari pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik
agar ia sadar bahwa perbuatannya salah dan tidak akan mengulangi.
c.
Hukuman
normatif
Hukuman ini bermaksud memperbaiki moral peseta didik
yang melakukan pelanggaran dengan pembentukan watak peserta didik.
Hukuman administratif juga perlu diberikan seperti yang dijelaskan
oleh febilillahadi,S.S yaitu dengan:
1.) Surat peringatan
2.) Skorsing
3.) Denda
4.) Dikeluarkan
5.) Pemberian/pembebanan tugas-tugas sekolah/pelajaran dan lain-lain
sesuai dengan ketentuan dan peraturan sekolah.
Dari segi pelaksanaannya peneliti
berpendapat bahwa penerapan penertiban di SMP Islam Klojen Lumajang tidak sampai pada taraf pemukulan.Meski berupa hukuman fisik, tapi
tetap berorientasi pada asas manfaat dan edukatif. Dalam pemberian
hukuman pun terdapat tahapan-tahapan sehingga siswa ketika dihukum,
diapun mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya. Adapun hukuman fisik yang
sering diterapkan di SMP Islam Klojen adalah lari, push up dan
bersih-bersih. Dan penerapan sangsi di SMP Islam Klojen
masih dalam batas kewajaran, bersifat edukatif dan masih sesuai dengan konsep
pendidikan.
3. Manajamen kesiwaan dalam pengembanagan siswa berbakat
untuk meningkatkan mutu pendidikan di SMP Islam Klojen Lumajang
Berdasarkan
pertimbangan bahwa setiap siswa memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda,
maka sekolah mengembangkan dan mengarahkan potensi yang dimilki agar berkembang
optimal. Sampai saat ini SMP Islam Klojen
Lumajang menyelenggarakan pengembanagan siswa berbakat sebagai
berikut :
a. Karate
b. PMR (Palang
Merah Remaja)
c. Sepak bola
d. Gulat
e. Baca Tulis
Al Qur’an
d. Al-Banjari dan
Kesenian
f. Pramuka
Dalam kegiatan ekstrakurikuler siswa
diwajibkan mengikuti kegiatan yang bersifat wajib, yaitu pramuka dan baca tulis
Al Qur’an bagi yang belum dapat membaca, selain wajib mengikuti kegiatan yang
diwajibkan, siswa wajib memilih kegiatan ekstrakurikuler yang sifatnya pilihan
minimal dua pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.[11]
Selain kegiatan ekstrakurikuler, SMP Islam Klojen
juga bertujuan untuk mewujudkan insan yang berakhlak mulia, menyeimbangkan
antara ilmu pengetahuan, iman, dan taqwa. Untuk itu diprogramkan kegiatan
keagamaan untuk mewujudkan tujuan tersebut memudahkan anak dalam
proses pengembangan dan perwujudan diri.
1.Kosep dasar tentang manajemen kesiswaan
Manajemen
kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa, pembinaan
sekolah mulai dari perencanaanpenerimaan siswa, pembinaan selama siswa berada
di sekolah, sampai dengan siswa menamatkan pendidikannya melalui penciptaan suasana
yang kondusif terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif.[12]
Manajemen
kesiswaan adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan
secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh siswa (dalam
lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses PBM dengan
efektif dan efisien.[13]
Manajemen
kesiswaan juga berarti seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan
secara sengaja serta pembinaan secara kontinyuterhadap seluruh peserta didik
agar dapat mengikuti proses belajar mengajar secara efektif dan efisien mulai
dari penerimaan peserta didik hingga keluarnya peserta didik dari suatu
sekolah.[14] Dari beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa manajemen kesiswaan merupakan proses pengurusan segala
hal yang berkaitan dengan siswa mulai dari penerimaan peserta didik
hingga keluarnya peserta didik dari suatu sekolah.
Adapun
tugas-tugas waka kesiswaan diantaranya :
a.
Menyusun progam kegiatan kesiswaan setiap
awal tahun pelajaran dan melapaorkan kepada kepala sekolah untuk mendapatkan
pengesahan.
b.
Merencanakandan melaksanakan penerimaan
peserta didik baru
c.
Merencanakan dan melaksanakan orientasi
peserta didik baru
d.
Mengorganisir kegiatan pembinaan OSIS,
kegiatan ekstrakurikuler.
e.
Pembinaan siswa berbakat
f.
Mengatur tata tertib peserta didik dan
mengurus peserta didik yang melanggar tatib
g.
Mengatur seluruh kegiatan peserta didik di
dalam maupun di luar sekolah
h.
Mengorganisir kegiatan karya wisata peserta
didik
i.
Kegiatan pelepasan peserta didik yang sudah
lulus
2. Kosep dasar tentang mutu pendidikan
Menurut
Edward Sallis mutu adalah sebuah filosofiis dan metodelogi yang membantu
institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi
tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan.[15]
Sementara
Sudarwan Danim menjelasakn bahwa mutu mengandung makna derajat keunggulan suatu
produk atau hasil kerja,baik berupa barang dan jasa.[16] Sedangkan dalam dunia pendidikan barang dan
jasa itu bermakana dapat dilihat dan tidak dapat dilihat,tetapai dapatdi
rasakan.
Mutu
pendidikan adalah kemampuan pendidikan (sekolah) dalam mendayagunakan
sumber-sumber yang ada untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin.[17]
Dalam konteks pendidikan pengertian mutu
dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan.Dalam proses
pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input,seperti;bahan ajar (kognitif,
afektif,atau psikotomorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan
guru),sarana sekolah,dukungn administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya
lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.
Manajemen
sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau
mensinergikan semua komponen dalam interaksi(proses) belajar mengajar baik
antara pendidik,peserta didik dan sarana pendukung dikelas maupun diluar
kelas;baik konteks kurikler maupun ekstra-kurikuler,baik dalam lingkup subtansi
yang akademis maupun yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses
pembelajaran.
Mutu
dalam konteks “hasil pendidikan” mengacu pada prestasi yang dicapai oleh
sekolah pada setiap kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai atau hasil
pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test kemampuan
akademis (misalnya ulangan umum,UNAS). Dapat
pula prestasi di bidang lain
seperti prestasi di suatu cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan
tertentu misalnya: komputer, beragam jenis teknik, jasa. Bahkan prestasi
sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible)
seperti suasana disiplin ,keakraban ,saling menghormati, kebersihan.
Antara
proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling berhubungan.Akan tetapi agar
proses yang baik itu tidak salah arah,maka mutu dalam artian hasil (ouput)
harus dirumuskan lebih dahulu oleh sekolah,dan harus jelas target yang akan
dicapai untuk setiap tahun atau kurun waktu lainnya.Berbagai input dan proses
harus selalu mengacu pada mutu-hasil (output) yang ingin dicapai. Dengan
kata lain tanggung jawab sekolah dalam school based quality improvement
bukan hanya pada proses,tetapi tanggung jawab akhirnya adalah pada hasil yang
dicapai.
Mutu pendidikan
adalah kemampuan pendidikan (sekolah) dalam
mendaya gunakan sumber-sumber yang ada untuk meningkatkan kemampuan
belajar seoptimal mungkin.[18]
Mortimore, dalam
bukunya Hendyat Soetopo mengemukakan beberapa faktor yang perlu dicermati agar
kualitas pendidikan dapat di tingkatkan :
- Kepemimpinan
yang positif dan kuat. Tidak dapat di pungkiri, bahwa faktor kepemimpinan
yang di terapkan sangat menentukan peningkatan mutu pendidikan.
- Harapan
yang tinggi : Tantangan bagi berfikir siswa. mutu pendidikan dapat di
peroleh jika harapan yang di terapkan kepada peserta didik memberikan
tantangan kepada mereka untuk berkompetisi mencapai tujuan pendidikan.
- Monitor
terhadap kemajuan siswa. aspek monitor menjadi penting karena keberhasilan
siswa tak akan terekam dengan baik tanpa adanya aktivitas monitoring.
- Tanggungjawab
siswa dan keterlibatannya dalam kehidupan sekolah. Pendidikan akan
berkualitas jika menghasilkan lulusan yang bertanggungjawab, disiplin,
kreatif, dan trampil.
- Intensif
dan hadiah. Penerapan pendidikan yang memberikan hadiah dan intensif bagi
keberhasilan pendidikan akan meningkatkan usaha belajar siswa.
- Keterlibatan
orang tua dalam kehidupan sekolah. Faktor ini telah menjadi klasik sebagai
realisasi dari tanggungjawab pendidik.
- Perencanaan dan pendekatan yang konsisten. [19]
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Mutu Pendidikan
Selain dari faktor di atas ada juga terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan antara lain :
a)
Faktor
tujuan pendidikan.
b)
Faktor
masukan atau imput pendidikan
c)
Faktor
manajemen dan supervisi pendidikan.
d)
Faktor
personel pendidikan (siswa, guru, staf, kepala sekolah, pengawas)
e)
Faktor
sarana dan prasarana pendidikan (kurikulum, fasilitas, peralatan, belajar,
gedung, bengkel, perpustakaan dan lain-lain).
f)
Faktor
instansional (semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan).
g)
Faktor
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang di pelajari siswa.
3. Rekrutmen
peserta didik
a. Pengertian rekrutmen peserta didik
Rekruitmen peserta didik di sebuah lembaga
pendidikan (sekolah) pada hakekatnya adalah merupakan proses pencarian,
menentukan dan menarik pelamar yang mampu untuk menjadi peserta didik di
lembaga pendidikan(sekolah) yang bersangkutan. [20]
Rekrutmen peserta
didik dalam tinjauan manajemen
penyelenggaran pendidikan formal (persekolahan) merupakan kegiatan rutin
yang dilakukan oleh sekolah untuk menghimpun, menyeleksi, dan menempatkan calon
peserta didik menjadi peserta didik pada jenjang dan jalur pendidikan tertentu.
Kerutinan ini tidak mengurangi potensi masalah yang menyertai dalam proses
rekruitmen.
Kebijakan rekrutmen perlu mendasarkan pada
konsep dan aturan yang ajeg dan berlaku dalam penyelenggaraan pendidikan.
ditetapkan oleh sekolah berdasarkan rambu-rambu/standar yang dikeluarkan oleh
pemerintah Kab./Kota, provinsi, dan pemerintah pusat. [21]
Rekrutmen peserta didik merupakan tahapan awal dalam
manajemen peserta didik. Dalam konteks dunia pendidikan, rekrutmen peserta
didik memiliki pengertian yang lebih khusus, terkait dengan pencarian peserta
didik yang akan menjadi anak didik dan diberikan layanan pendidikan.[22]
Pengertian lain tentang rekrutmen peserta didik adalah
suatu proses untuk mendorong para calon peserta didik atau para calon peserta
didik yang potensial untuk masuk atau mendaftar pada program, kursus, kelas,
atau sekolah tertentu. Definisi ini tidak mempersepsi bahwa rekrutmen peserta
didik adalah proses yang tidak aktif, yaitu proses sekolah menunggu calon
peserta didik datang ke sekolah untuk melamar menjadi peserta didik pada
sekolah yang bersangkutan. Lebih dari itu, definisi di atas mengungkapkan bahwa
proses rekrutmen merupakan proses yang mencari dan bahkan mendorong calon-calon
peserta didik untuk menjadi peserta didik pada suatu sekolah.
b.Tujuan Rekrutmen Peserta Didik
Tujuan
rekrutmen peserta didik adalah untuk mendapatkan peserta didik yang memiliki
karakteristik sesuai dengan kemampuan sekolah dalam membina dan mengembangkan
peserta didik. Hal ini berarti bahwa peserta didik akan mendapatkan layanan
tidak tepat jika diterima pada sekolah tersebut, sehingga sekolah harus tidak menerimanya. Proses calon peserta didik tidak diterima di suatu
sekolah terjadi berdasarkan hasil seleksi terhadap sejumah kriteria/persyaratan
yang Tujuan khusus rekrutmen peserta didik adalah:
1)
Mendapatkan siswa yang
memiliki karakteristik sebagaimana ditetapkan dalam syarat-syarat penerimaan
siswa baru.
2)
Memberikan keadilan
kepada masyarakat dan calon peserta didik untuk mendapatkan pendidikan yang
tepat
c. Tahapan
Rekrutmen Peserta Didik
1)
Pembentukan tim
Penerimaan siswa baru
2)
Penyusunan prosedur dan
persyaratan-persyaratan bagi calon peserta didik.
3)
Pengumuman/sosialiasi
sejumlah pesyaratan dan mekanisme yang harus ditempuh oleh anak calon peserta
didik dan orang tua dalam proses seleksi/rekrutmen.
4)
Selanjutnya adalah
proses penerimaan berkas dari anak/orang tua/yang mewakili kepada tim PSB.
5)
Verifikasi berkas oleh
tim PSB
6)
Rapat tim PSB untuk penentuan
penerimaan siswa
7)
Pengumuman hasil
penerimaan siswa baru
8)
Penempatan peserta didik
pada kelas-kelas,
9)
orientasi peserta didik
baru
4. Penertiban peserta didik
a.Pengertian
Tata Tertib
Menurut
bahasa “tata” artinya aturan, sedangkan “tertib” artinya teratur atau menurut aturan. Menurut
istilah tata tertib adalah peraturan yang harus ditaati atau
dilaksanakan. Dalam buku Sosiologi Pendidikan
karya Muhammad Rifa’i,Mulyono menjelaskan bahwa tata tertib adalah kumpulan aturan- aturan yang
dibuat secara tertulis dan mengikat
anggota masyarakat.[23]
Jadi, penulis menyimpulkan tata tertib adalah peraturan-
peraturanyang harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua anggota yang ada dalam suatu
lembaga. Seperti di sekolah, rumah, bahkan di lingkungan tempat tinggal. Semua
memiliki tata tertib yang berbeda dan hukuman atau sangsi bagi pelanggar yang
berbeda-beda pula tergantung banyak atau tidaknya pelanggaran yang sudah
dilakukan. Ada beberapa macam tata tertib, yaitu tata tertib di rumah, sekolah dan di
masyarakat. Dan yang akan dibahas kali ini
adalah tentang peraturan sekolah. Peran tata tertib sangat berarti bagi kehidupan
bermasyarakat
sesuai bunyi sila ke-2 yaitu kemanusiaan yang
adil dan beradab. Peraturan – peraturan yang sudah ada digunakan untuk mengatur pola
kehidupan masyarakat agar
berjalan
dengan stabil. Begitu pula halnya sebuah lembaga pendidikan
yang kita kenal dengan sekolah.
Walaupun berbeda-beda dalam setiap sekolah untuk menentukan
tata tertibnya, ada banyak kesamaan
dimasing- masing tata aturan dan tata tertib yang di berlakukan sekolah - sekolah. Sebagaimana yang dikutip
oleh Muhammad Rifa’i dalam bukunya menurut Dekdikbud 1989 tata
tertib sekolah adalah aturan atau peraturan yang baik dan merupakan hasil pelaksanaan
yang konsisten (taat asas) dari peraturan yang ada. Menurut Wiratomo, dalam
buku Muhammad Rifa’i bahwa tata tertib sekolah merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lain sebagai aturan yang berlaku di sekolah agar proses pendidikan dapat berlangsung dengan efektif dan
efisien. [24]
Tata
tertib dapat diartikan sebagai aturan yang harus dipatuhi setiapwarga sekolah
tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Jadi tata tertib
sekolah menurut penulis adalah
kumpulan aturan- aturan yang harus ditaati, dilaksanakan dan dibuat secara
tertulis oleh pihak sekolah kemudian di sepakati oleh seluruh siswa agar
terbentuk suasana belajar mengajar yang aman dan tenang. Dengan
memberikan sangsi (punishment) kepada pelanggar
dan memberikan hadiah (reward)
kepada siswa yang berprestasi. Aturan - aturan
ketertiban dalam keteraturan terhadap tata tertib sekolah,
meliputi kewajiban, keharusan dan larangan-larangan.[25]
Tata
tertib sekolah merupakan patokan
atau
standar untuk hal-
hal tertentu. Pelaksanaan tata
tertib sekolah dapat berjalan dengan baik jika guru, aparat sekolah dan siswa saling mendukung
tata tertib sekolah. Kurangnya dukungan
dari siswa akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang diterapkan disekolah.
b. Tujuan tata tertib
Secara umum tata tertib sekolah
mempunyai tujuan utama agar semua warga sekolah mengetahui apa tugas, hak dan
kewajiban serta melaksanakan dengan baik sehingga kegiatan sekolah dapat
berjalan dengan lancar.
Tujuan
tata tertib sekolah meliputi beberapa aspek diantaranya sebagai
berikut
:
1)
Akhlak dan kepribadian siswa melalui
penciptaan iklim dan budaya
sekolah yang kondusif dalam menunjang proses pembelajaran.
2)
Membentuk dan
membiasakan pelaksanaan nilai-nilai karakter sekolah.
3)
Melatih siswa
untuk dapat hidup tertib dan berakhlak mulia yang
akan di implementasikan dalam kehidupan bermasyarakat.
4)
Memotivasi siswa
untuk berprestasi yang dapat menjadikan sekolah
yang berkualitas.
5) Memonitor
dan mengevaluasi perilaku siswa secara berkesinambungan pertimbangan
dalam penentuan kenaikan kelas, dan ketamatan
belajar siswa.
Dari beberapa tujuan diatas dapat disimpulkan bahwa tata
tertib sangat berguna untuk kelangsungan belajar mengajar disekolah. karena
tata tertib dapat membentuk, membiasakan, melatih,dan memotivasi siswa untuk hidup
tertib dengan berakhlak mulia dan berprestasi untuk jadi lebih baik.Dan sebagai
guru profesional ada kalanya terus memonitor dan mengevaluasi perilaku siswa
secara berkelanjutan agar dapat mengetahui perubahan akhlak siswa dari hari ke
hari. Tata tertib sekolah termasuk dalam administrasi ke kurikulum yaitu merupakan
kegiatan - kegiatan yang diselenggarakan
disekolah untuk menunjang dan meningkatkan daya dan hasil guna kegiatan kurikulum.
c. Tata tertib
sekolah
Tata tertib sekolah
termasuk dalam administrasi kurikulum yaitu merupakan kegiatan – kegiatan yang
di selenggarakan sekolah untuk menunjang dan meningkatkan daya dan hasil guna
kegiatan kurikulum.[26] Tata tertib sekolah bukan hanya sekedar kelengkapan dari
sekolah melainkan merupakan kebutuhan yang harus mendapat perhatian dari semua pihak
yang terkait terutama siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, sekolah pada umumnya menyusun pedoman tata tertib
sekolah bagi semua pihak yang
terkait baik guru, tenaga administrasi, maupun siswa. Isi tata tertib sekolah secara garis besar adalah berupa
tugas dan
kewajiban siswa yang harus
dilaksanakan, larangan dan sanksi. Pada hakikatnya, tata tertib sekolah, baik yang berlaku umum ataupun khusus,
sebagaimana Arikunto, yang dikutip oleh Muhammad Rifa’i dalam bukunya ada tiga
unsur:
a. Perbuatan
atau tingkah laku yang diharuskan dan yang dilarang.
b. Akibat
atau sanksi yang menjadi tanggung jawab pelaku atau pelanggar peraturan.
c. Cara
atau prosedur untuk menyampaikan peraturan kepada subyek
yang dikenai tata tertib sekolah tersebut
5. Pengembanagan peserta didik berbakat
a. Pengertian peserta didik berbakat
Pengertian bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi
yang masih perlu dikembangkan atau dilatih agar dapat terwujud. Bakat adalah
kemapuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau ketermapilan yang relative
bisa bersifat umum ataupun khusus.[27] Kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari
pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan sebagai hasil
dari pembawaan dan latihan.[28] Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan dapat
dilaksanakan sekarang dan dikembangkan dimasa mendatang apabila kondisi latihan
dikemukanan secara optimal sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan
agar suatu tindakan dapat dilakukan di masa yang akan datang. Bakat menentukan prestasi sesorang. Misalnya orang yang memiliki bakat
matematika dan diperkirakan akan mampu mencapai prestasi tinggi dalam bidang
itu. Jadi prestasi merupakan perwujudan dari bakat dan kemapuan. Prestasi yang
sangat menonjol dalam salah satu bidang, mencerminkan bakat yang unggul dalam
bidang tertentu. Anak berbakat anak-anak yang diidentifikasi oleh orang-orang
profesional, yang karena kemampuannya yang sangat menonjol, dapat memberikan
prestasi yang tinggi.[29]
Syamsul Yusuf dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, mengatakan bahwa anak
berbakat adalah mereka yang tingkat integelensinya jauh diatas rata-rata
anggota kelompoknya, yaitu IQ diatas 120. Ahli
lain yang menggunakan IQ sebagai kriteria dalam menentukan anak berbakat adalah,
Terman yang konsepnya mengenai keberbakatan hampir sekitar setengah abad
mendominasi psikologi dan pendidikan. Torrance melaporkan hasil studinya
mengenai kemampuan berfikir kreatif dalam kaitannya dengan keberbakatan. Ia
mengemukakan bahwa apabila keberbakatan semata-mata diidentifikasi berdasarkan
taraf intelegensi, maka sekitar 70% anak-anak yang tinggi kreatifitasnya tidak
akan termasuk ke dalam kelompok mereka yang disebut anak berbakat.Munandar dalam
Ilmu dan Aplikasi Pendidikan mengemukakan anak berbakat itu lebih mengacu
kepada anak yang menunjukkan kemampuan unjuk kerja yang tinggi dalam aspek
intelektual, kreativitas, seni, kepemimpianan atau bidang akademik
tertentu.Dari beberapa pendapat ahli maka anak berbakat adalahanak yang
memiliki kemampuan yang lebih menonjol dari aspek intelektual, kreatif, seni,
kepemimpianan atau bidang akademik tertentu yang menghasilkan prestasi tinggi.
Istilah yang melukiskan
anak-anak berbakat, cerdas atau cemerlang yaitu genius, talented,
gipted dan bright atau superior. Persamaan dari istilah-istilah tersebut
adalah penyimpangan ke atas dari rata-rata. Sedangkan perbedaannya adalah:
1)
Genius digunakan pada mereka
yang memiliki kemampuan unggul berhasil mencapai prestasi yang luar biasa,
memberikan sumbangan yang orisinal dan bermutu, serta mempunyai makna yang
universal atau mantap.
2)
Talented suatu bakat khusus
yang tidak selalu menghasilkan prestasi yang luar biasa, tidak perlu orsini
atau dampak yang universal
3)
Gipted atau berbakat mempunyai
kesamaan dengan genius, karena keduanya berkaitan dengan kualitas intelektual,
namun berbakat belum tentu terwujud dalam suatu karya unggul yang mendapat
pengakuan universal. Jadi tidak semua anak berbakat merupakan anak genius
4)
Bright atau superior merujuk
pada karakteristik seseorang yang memiliki intelegensi yang tinggi.
Menurut
Marland dalam Ilmu
dan Aplikasi Pendidikan, anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan tinggi dalam aspek:
a)
Kemampuan umum yang tinggi, yaitu kecerdasan individu yang berada pada
posisi di atas rata-rata.
b)
Bakat akademik khusus, yaitu kemampuan individu dalam bidang-bidang
tertentu seoerti bahasa dan matematika
c)
Kreatif dan berfikir produktif,
yaitu kemempuan yang menghasilkan gagasan baru dengan memadukan elmen-elmen
yang biasanya dianggap sebagai suatu yang terpisah-pisah atau tdak sejenis dan
keampuan mengembangkan keterampialan baru yang mengandung nilai-nilai sosial.[30]
d)
Kepemimpianan, yaitu kemampuan untuk mengarahkan individu-individu atau
kelompok untuk mengambil keputusan, memetapkan tindakan bersama atau mencapai
tujuan tertentu.
e)
Kampuan dalam bidang seni, yaitu memiliki bakat khusus dalam bidang seni
rupa, musik, tari, lukis, drama,silat dan lainnya
Sementara menurut Renzulli
dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan mengemukakan bahwa ada tiga dimensi yang
menandai keberbakatan, yaitu:
1.
Kecerdasan, kemampuan umum yang biasanya diukur dengan teintelegensi di
atas rata-rata.
2.
Kreativitas, kemampuan memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya
dalam pemecahan masalah
3.
Komitmen terhadap tugas, tanggung jawab, semangat, atau motivasi yang
tinggi untuk menyelesaikan suatu tugas.
4.
Keterkaitan antara tiga ciri keberbakatan itu dapat digambarkan menggunakan
diagram.
b. Ciri-ciri
peserta didik berbakat
Anak berbakat itu
memiliki karakteristik yang menonjol dalam aspek-aspek kesiagaan mental,
kemampuan pengamatan, keinginan unt belajar, daya konsentrasi, daya
nalar, kemampuan membaca, ungkapan verbal, kemampuan menulis, kemampuan
mengajukan pertanyaan yang baik, menunjukan minat yang luas, berambisi untuk
mencapai prestasi yang lebih tinggi, mandiri dalam memberikan pertimbangan,
dapat memberikan jawaban yang tepat dan langsung kesasaran, mempunyai rasa
humor yang tinggi, melibatkan diri sepenuhnya dan ulet menghadapi tugas yang
diminati.[31]
Menurut Balitbang Depdiknas (1986) mengungkapkan ciri-ciri keberbakatan peserta didik
dilihat dari aspek kecerdasan, kreativitas, dan komitmen terhadap tugas:
1)
Lancar berbahasa ( mampu
mengutarakan pikirannya)
2)
Memiliki rasa ingin tahu
yang besar terhadap ilmu pengetahuan
3)
Memiliki kemampuan yang
tinggi dalam berpikir logis dan kritis
4)
Mampu belajar/bekerja
secara mandiri
5)
Ulet menghadapi
kesulitan (tidak lekas putus asa)
6)
Mempunyai tujuan yang
jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya
7)
Cermat atau teliti dalam
mengamati
8) Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah
9) Mempunyai minat yang luas
10)
Mempunyai daya imajinasi
yang tinggi
11)
Belajar dengan cepat
12)
Mampu mengemukakan dan
mempertahankan pendapat
13)
Mampu berkonsentrasi
14)
Tidak memerukan dorongan
(motivasi) dari luar.
c. Faktor-faktor
yang mempengaruhi bakat
Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa anak-anak
berbakat memiliki potensi yang unggul. Potensi ini dapat disebabkan oleh faktor
keturunan, yang dilakukan oleh ahli terhadap tingkat keceradasan. Keberbakatan anak dalam proses perkembangannya memerlukan
sentuhan dari lingkungan, berupa perawatan, pengasuhan dan pendidikan. Lingkungan merupan faktor yang juga
mempengaruhi perkembangan keberbakaan anak. Melalui lingkungan anak memperoleh
apa yang dibutuhkannya, termasuk peluang-peluang yang mendukung teraktualisasikan
potensi yang dimilikinya. Faktor lingkungan ini diantaranya menyangkut aspek
nutrisi yang dikonsumsi anak dan kenyamanan hidupnya, yang mempengaryhi
perkembangan keberbakatan itu, disamping aspek yang bersifat fisik, juga
kondisi lingkungan yang bersifat psikologis.[32]
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
bakat seseorang terwujud yaitu:
a)
Keadaan lingkungan
seseorang. Seperti, kesempatan, sarana dan prasarana yang tersedia, dukungan
dan dorongan orang tua, taraf sosial, pedesaan, dan sebagainya.
b) Keadaan dalam diri sendiri. Seperti, minatnya terhadap suatu bidang,
keinginannya untuk berprestasi, dan keuletannya untuk mengatasi kesulitan atau
rintangan yang mungkin timbul.
d. Jenis-jenis Bakat
Yoesoef Noesyirwan dalam
Psikologi Umum menggolongkan jenis bakat atau kemampuan menurut fungsi atau
aspek-aspek yang terlibat dan menurut prestasinya. Berdasarkan fungsi atau
aspek jiwa raga yang terlibat dalam berbagai macam prestasi, bakat dapat
dibedakan dalam :
1) Bakat yang lebih
berdasarkan psikofisik
Bakat jenis ini
adalah kemampuan yang berakar pada jasmaniah sebagai dasar dan fundamen bakat,
seperti kemampuan pengindraan, ketangkasan atau ketajaman panca indra,
kemampuan motoriik, kekuatan badan, kelincahan jasmani, keterampilan
jari-jemari, tangan dan anggota badan.[33]
2)
Bakat kejiwaan yang bersifat umum
Yang
dimaksud dengan bakat jenis ini ialah kemampuan ingatan daya khayal atau imajinasi dan intelegensi. Daya ingat adalah kemampuan menyimpan isi kesadaran pada
satu saat dan membawanya kembali ke permukaan pada saat yang lain. Dalam
ingatan, jiwa kita bersifat menerima dan reproduktif. Daya khayal merupakan isi kesadaran yang berasala dari dunia dalam kita
sendiri, berupa gambar khayalan dan ide-ide kreatif, sehingga jiwa kita
bersifat spontan dan produktif. Adapun intelegensi adalah kemampuan
menyesuaikan diri pada keadaan dengan menggunakan alat pemikiran yang berbeda
dengan penyesuaian diri karena kebiasaan atau sebagai akibat latihan (drill)
dan coba-coba (trial and error). [34] Penyesuaian diri karena kebiasaan, drill,
dan trial and error, bersifat mekanis, kadang-kadang secara kebetulan
memerlukan banyak waktu. Peneyesuaian diri dengan pemikiran terjadi karena
pengertian, pendapat pemahaman, pencarian makna dan hubungannya yang tampak
dalam pemecahan dan penguasaan keadaan baru dari kesulitan yang dihadapinya.
Intelegensi dapat diuraikan sebagai kemampuan menangkap, memahami, menjelaskan,
menguraikan, memadukan dan menyimpulkan arti hubungan dan sangkut paut makna.
Tiap orang memiliki isi, proses, dan cara berfikir yang berbeda satu dengan
yang lainnya.
3) Bakat-bakat kejiwaan
majemuk
Bakat-bakat yang khas atau bakat dalam pengertian yang sempit ialah bakat yang
sejak awal sudah ada dan terarah pada suatu lapangan yang terbatas, seperti
bakat bahasa, bakat melukis, bakat music, bakat seni, bakat ilmu dan lain-lain.
Adapun bakat majemuk yang berkembang lambatlaun dari bakat
produktif kea rah yang sangat bergantung dalam keadaan di dalam dan
di luar individu, seperti bakat filsafat, bakat hukum, bakat pendidik, bakat
psikologi, bakat kedokteran, bakat ekonomi, bakat politik dan lain-lain.
4) Bakat perasaan dan
kemampuan
Bakat
yang lebih berdasarkan pada alam perasaan dan kemampuan Bakat ini berhubungan
dengan watak, seperti kemampuan untuk mengadakan kontak sosial, kemampuan
mengasihi, kemampuan merasakan atau menghayati, perasaan orang lain.[35]
e. Pihak yang berperan dalam pengembanganpeserta didik berbakat
1.)
Peran Guru
a)
Pertama-tama guru perlu memahami
diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang
dilakukan guru, tetapi juga bagaimana guru melakukannya, guru pun perlu
memiliki pengertian tentang keterbakatan.
b)
Guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan
perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak
c)
Guru anak berbakat hendaknya lebih banyak memberikan tantangan daripada
tekanan
d)
Guru anak berbakat tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar
siswa, tetapi lebih-lebih proses belajar
e)
Guru anak berbakat lebih baik memberikan umpan balik dari pada penilaian
f)
Guru anak berbakat harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar
g)
Guru hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa harga diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani
mengambil resiko dalam menentukan pendapat dan keputusan
2.)
Peran Orang Tua
Orang tua memegang
peranan yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak berbakat istimewa :
a)
Memahami konsep keberbakatan istimewa
b)
Perlu dipahami bahwa anak yang memiliki potensi berbakat istimewa
memerlukan dorongan psikologis maupun materil yang berbeda maka pengasuhannya
diharapkan disesuaikan dengan karakteristik yang dimilikinya
c)
Membuat komunikasi dengan pihak sekolah dalam mengembangkan pendidikan bagi
anaknya
d)
Mengembangkan lingkungan yang kondusif dalam proses pendidikan anak
berbakat istimewa.
3.)
Masyarakat
Suatu masyarakat yang
berdasarkan pada hukum yang adil, yang memungkinkan kondisi ekonomi dan
psikologis baik bagi warga negaranya, merupakan lingkungan yang kondusif untuk
pertumbuhan kreatifitas. Terdapat sembilan
faktor sosiokultural yang kreatif.
a)
Tersedianya sarana kebudayaan
b)
Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan
c)
Penekanan pada “becoming” (menjadi) bukan sekedar hanya pada “being”
(sekedar ada)
d)
Memberikan kesempatan bebas terhadap media kebudayaan bagi semua warga
negara, tanpa diskriminasi
e)
Timbulnya kebebasan setelah pengalaman tekanan dan tindakan keras
f)
Keterbukaan terhadap kebudayaan yang berbeda, bahkan yang kontras
g)
Toleransi dan minat terhadap pandangan yang divergen
h)
Adanya interaksi antara individu-individu yang berpengaruh
i)
Adanya insentif, penghargaan, atau hadiah
Selain itu sangat dibutuhkan
kerjasama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga dan sekolah dapt
bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat, misalnya
dengan memandu dan memupuk minat anak. Perlu diadakan pertemuan berkala
antara guru-guru yang membimbing anak berbakat dengan orang tua anak berbakat untuk bersama-sama membicarakan dan mambahas
masalah-masalah yang timbul berkaitan dengan keberbakatan anak.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
mengenai “Manajemen Kesiswaan Dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMP Islam Klojen Lumajang” yang dilakukan melalui wawancara, observasi
dan dokumentasi. Penulis menyimpulkan:
- Manajamen kesiwaan dalam rekrutmen siswa untuk
meningkatkan mutu pendidikan di SMP Islam Klojen Lumajang adalah sebagai
berikut:
a) Pelaksanaan
manajemen kesiswaan di SMP Islam Klojen Lumajang dilaksanakan dengan baik. Pelaksanaan
manajemen kesiswaan dilaksanakan sesuai dengan tugas manajemen kesiswaan yaitu
perencanaan penerimaan siswa baru, pelaksanaan penerimaan siswa baru, pendataan
dan pencatatan siswa, bimbingan, pembinaan siswa, dan kelulusan.
- Manajamen kesiwaan dalam peneriban siswa untuk
meningkatkan mutu pendidikan di SMP Islam Klojen Lumajang adalah sebagai
berikut:
a) Upaya yang
dilakukan berkaitan dengan manajemen kesiswaan dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah
meningkatkan kedisiplinan siswa melaui sistem poin .
b) Penertiban
melalui administrative di anataranya:
1.
Surat
peringatan
2. Skorsing
3.
Denda
4. Dikeluarkan
5.
Pemberian/pembebanan
tugas-tugas sekolah/pelajaran dan lain-lain sesuai dengan ketentuan dan
peraturan sekolah
3.Manajamen kesiwaan dalam pengembangan siswa
untuk meningkatkan mutu pendidikan di SMP Islam Klojen Lumajang adalah sebagai
berikut:
a) Meningkatkan
kegiatan ekstrakurikuler, mengirimkan siswa berbakat ke perlombaan dan
memotivasi siswa.
b) penambahan
sarana prasarana kegiatan ekstrakurikuler dan penambahan pendidik
ektrakulikuler agar menigkatnya prestasi siswa baik akademik maupun non
akademik.
REFERENSI
Ahmadi, Abudkk . 1985.Ilmu Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Ahmadi,
Abu dan Supriono, Widoso. 2013.Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ahmad
D Marimba.1998.Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Almaarif
Ary Gunawan, Administrasi Sekolah:
Administrasi Pendidikan Mikro, Jakarta: PT Rineka Cipta
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:PT.Raja
Grafindo Persada
AmalAbdussalam,Al-Kahli.2005.Mengembangkankreatifitas
Anak,Jakarta:Pustaka Al-Kautsar
Badrudin,Manajemen Peserta Didik,Jakarta: PT.Indeks,
Didin Kurniadin, dan Imam Machali.2012.Manajemen Pendidikan Konsep dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan, Yogyakarta: AR-RUZZ Media
Direktotorat jenderal pendidikan islam departemen agama RI,2006
Depdikbud,KamusBesar
Bahasa Indonesia,Jakarta;Balai Pustaka
Depdiknas.
2008. KamusBesar Bahasa Indonesia.Jakarta:
Pusat Bahasa
Edward Sallis,Total Quality Management in
Education; Manajemen Mutu Pendidikan(Terj.Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi)
Jogjakarta:IRCiSoD
Eka Prihatin,2010. Manajemen Peserta didik,
Bandung: Alfabeta
Hasbullah.2008. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan,Jakarta:PT.Raja
grafindo
Joko Subagio, Metode Penelitian,
Jakarta: Rineka Cipta
Latifah Husien.2017. Profesi Keguruan,Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Lalu Sumayang.2005. Manajemen produksi dan oprasi,Jakarta:Salemba
Empat
Moleong, Lexy J. 2004.Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhammad Rifai, Sosiologi Pendidikan,
Yogyakarta: Ar-Ruz
media
Munandar,Pemanduan Anak Berbakat. Jakarta: CV.Raja Wali
Mulyono.2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi
Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Sudarwan Danim.2010.visi Baru Manajemen
Sekolah.Jakarta;Bumi Aksara
Sugiyono. 2008.MetodePenelitianPendidikanPendekatanKuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Syaiful Bahri Djamarah.2010.Guru dan Anak Didik Dalam
Interaksi Edukatif ,Jakarta:PT.Asdi Mahasty
SuharsimiArikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Jakarta : RenikaCipta
Winarno surakhmat, Pengantar Penelitian Ilmiah Metode Teknik,
Bandung
W. Mantja.2007. Profesionalisasi Tenaga Kependidikan,
Manajemen Pendidikan dan SupervisiPengajaran,Malang: Elang Mas
Zamroni, Meningkatkan mutu sekolah,
Jakarta:PSAP Muhammadiyah
[1] UU RI NO 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional,(Direktotorat jenderal pendidikan islam departemen agam
RI,2006),5.
[2] PP NO 19 Tahun 2005 tentang standart Nasional
pendidikan,(Direktotorat jenderal pendidikan islam departemen agam
RI,2006),150-153.
[3] Didin Kurniadin, dan Imam Machali, ManajemenPendidikanKonsep dan Prinsip
Pengelolaan Pendidikan, (Yogyakarta: AR-RUZZ Media, 2012), 117.
[4]
Ahmad D Marimba,Pengantar Filsafat
Pendidikan Islam,(Bandung:Almaarif 1998),19.
[5] Latifah Husien,Profesi Keguruan,( Yogyakarta: Pustaka Baru Press 2017),54.
[6] Depdikbud,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta;Balai
Pustaka,1991),677.
[7]
Latifah Husien,Profesi Keguruan,( Yogyakarta: Pustaka Baru Press 2017),58.
[8]Lexy J.Moleong, MetodologiPenelitianKualitatif,
(Bandung:
Remaja Rosdakarya,2004), 4
[9]SudarmanDanin, MenjadiPenelitiKualitatif,
(Bandung: Pustaka Setia,2002), 52
[10]
Wawancara dengan Ardhana selaku ketua PPDB
[11]
Wawancara dengan Ardhana, 7 juni 2019
[12] W. Mantja, Profesionalisasi Tenaga Kependidikan,
Manajemen Pendidikan dan SupervisiPengajaran,(Malang: Elang Mas, 2007), 35
[13] Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi
Pendidikan, , (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2008), 178
[14] Ary Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan
Mikro, (Jakarta: PT Rineka Cipta,1996),
9.
[15] Edward
Sallis,Total Quality Management in Education;Manajemen Mutu
Pendidikan(Terj.Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi).(Jogjakarta:IRCiSoD,2006),33
[16] Sudarwan
Danim,visi Baru Manajemen Sekolah.(Jakarta;Bumi Aksara 2007),53
[17] Latifah Husien,Profesi Keguruan,( Yogyakarta: Pustaka Baru Press 2017),58
[18]
Sudarwan Danim.Profisionalisasi dan Etika Profesi Guru (Alfabeta
Bandung,2010),18
[19]
Hendyat
Soetopo, Pendidikan dan Pembelajaran, (Cet: I Malang, UMMMalang, 2005)
94-96
[20]
Syaiful Bahri Djamarah.Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta:PT.Asdi
Mahastya,2005),25
[21]
Anas Sudijono,Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta:PT.Raja
Grafindo Persada2008),2
[22]
Anas Sudijono,Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta:PT.Raja
Grafindo Persada2008),3
[24]
Muhammad Rifai, Sosiologi Pendidikan,
(Yogyakarta: Ar-Ruz media, 2011),140
[25] Badrudin,Manajemen
Peserta Didik,(Jakarta:PT.Indeks,2014),32
[26]
Muhammad Rifai, Sosiologi
Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruz media, 2011),142
[27] Munandar,Pemanduan
Anak Berbakat.(Jakarta:CV.Raja Wali),79.
[28]
Munandar,Pemanduan Anak Berbakat.(Jakarta:CV.Raja Wali),95.
[29]
Badrudin,Manajemen Peserta Didik,(Jakarta:PT.Indeks,2014),50
[30] Zamroni,Meningkatkan
mutu sekolah,(Jakarta:PSAP Muhammadiyah ,2007),2
[31]
Munandar,Pemanduan Anak Berbakat.(Jakarta:CV.Raja Wali),25
[32]
Mujib,Pemikiran Pendidikan (Jakarta:Rineka Cipta,1999),90
[33]
Hasbullah,Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan,(Jakarta:PT.Rajagrafindo,199),30
[34] Eka Prihatin,Manajemen
Peserta didik,(Bandung:Alfabeta,2011),70
[35]
Lalu Sumayang, Manajemen produksi dan oprasi,(Jakarta:Salemba
Empat,2003),90
Komentar
Posting Komentar