TEORI BELAJAR DALAM PERSPEKTIF ISLAM

 

                         TEORI BELAJAR DALAM PERSPEKTIF ISLAM


Abstrak: Belajar merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku manusa menuju arah yang lebih baik sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan ataupun pengalaman dan latihan. Perubahan yang berdasarkan pengalaman berkenaan dengan segala bentuk pengalaman atau hal-hal yang pernah dialami. Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal yang asasi dalam kehidupannya. Dengan kemanpuan belajar inilah umat manusia telah berkembang selama berabad-abad lamanya dan tetap terbuka kesempatan baginya untuk mencapai taraf kebudayaan yang lebih tinggi lagi. Perkembangan ini dimungkinkan karena adanya kemampuan untuk belajar yaitu dengan mengalami perubahan-perubahan mulai sejak manusia dilahirkan sampai mencapai usia tua.

 

Kata Kunci: Belajar, Pendidikan islam

PENDAHULUAN

Kemampuan belajar yang dimiliki oleh setiap manusia, merupakan bekal yang sangat pokok dan utama. Karena kemampuan itu, manusia telah mengalami perkembangan dan kemajuan di berbagai bidang kehidupan dari waktu ke waktu. Perkembangan ini dimungkinkan karena adanya kemampuan belajar, yaitu mengalami perubahan- perubahan, mulai saat lahir sampai tua. Rangkaian perubahan tersebut paling tampak jelas pada anak sampai mencapai usia dewasa. Misalnya anak kecil belajar mengenakan pakaian sendiri, belajar berbicara, belajar menulis dan membaca, belajar untuk sopan dan lain sebagainya.

Konsep dasar belajar merupakan kegiatan yang berproses dalam merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada proses belajar yang dijalani peserta didik baik pada saat berada di sekolah atau berada di lingkungan keluarganya. Untuk itu pemahaman yang benar tentang konsep dasar belajar dengan segala aspek serta bentuk dan manivestasinya sangat mutlak dibutuhkan oleh para pendidik. Adanya kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi akan proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin bisa mengakibatkan kurang bermutunya hasil belajar yang dicapai.

BELAJAR SEBAGAI AKTIVITAS PSIKIS

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kegiatan yang dilakukan manusia yang sebenarnya merupakan “gejala belajar”, dengan arti kata, mustahillah melakukan kegiatan tersebut kalau ia tidak belajar terlebih dahulu. Misalnya kegiatan makan dengan menggunakan alat-alat makan, mengenakan pakaian, bertindak sopan, mengemudikan kendaraan bermotor, dan lain sebagainya. Gejala-gejala belajar tersebut selalu mengisi kehidupan manusia sehari- hari.

Di bawah      ini akan dikemukakankan tentang pengertian belajar menurut para ahli. Para ahli tersebut mendefinisikan belajar sesuai aliran filsafat yang mereka anut, antara lain sebagai berikut:

Ernest ER. Hilgard dalam Riyanto (2010) mendefinisikan sebagai berikut: learning is the procces by which an activity originates or is charged throught training (whether in the laboratory or in the natural environments) as distinguished from changes by factor not attributable to training. Artinya (seseorang   dapat   dikatakan   belajar  kalua dapat melakukan sesuatu dengan cara latihan- latihan sehingga yang bersangkutan menjadi berubah.

Sedangkan Skinner dalam Syah (1997) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif ( …a process of progressive behavior adaptation). Berdasarkan eksperimennya Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila diberi penguatan (reinforcer).

Cronbach dalam Riyanto (2010) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan perilaku dari hasil pengalaman, mengalami sesuatu dengan menggunakan pancaindra. Dengan kata lain belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru, mengimitasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.

Sedangkan menurut Winkel (1991) belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan- pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.

Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :

1.         Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).

Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang Konseling pendidikan Islam. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang Konseling pendidikan Islam. Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi Pendidikan.

 

2.         Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).

Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar Konseling Pendidikan Islam tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan “Strategi Pembelajaran”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya tentang “Hakikat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “Strategi Pembelajaran”.

 

3.       Perubahan yang fungsional.

Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang Konseling Pendidikan Islam, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam Konseling Pendidikan Islam dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun mempelajari dan mengembang- kan perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi guru.

 

4.       Perubahan yang bersifat positif.

Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Konseling Pendidikan Islam menganggap bahwa dalam dalam Proses Belajar Mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru.

 

5.       Perubahan yang bersifat aktif.

Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan, berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan sebagainya.

 

6.       Perubahan yang bersifat permanen.

Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan mengoperasik-an komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut.

 

7.       Perubahan yang bertujuan dan terarah.

Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya dia ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

 

8.       Perubahan perilaku secara keseluruhan.

Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori Belajar”, disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”, dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.

Sedangkan Sukmadinata (2009) menjelaskan prinsip umum belajar sebagai berikut:

1.         Belajar      merupakan      bagian      dari perkembangan.

2.         Belajar berlangsung seumur hidup.

3.         Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, faktor lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri.

4.         Belajar mencakup semua aspek kehidupan

5.         Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu.

6.         Belajar berlansung dengan guru ataupun tanpa guru.

7.         Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.

8.         Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai yang sangat kompleks.

9.         Dalam belajar dapat terjadi hambatan- hambatan.

10.     Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan atau bantuan dari orang lain.

 

PRINSIP BELAJAR DALAM PERSPEKTIF ISLAM (METODE PEMBELAJARAN TILAWAH, TA’LIM. TADRIB, TAZKIYAH, TA’DIB)

Abdurrahman Saleh Abdullah mengatakan bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk memberikan kepribadian sebagai khalifah Allah SWT. Tujuan utama khalifah Allah adalah beriman kepada Allah dan tunduk serta patuh secara total kepadanya yang didasarkan pada sifat dasar manusia, yaitu tubuh, ruh, dan akal yang masing- masing harus dijaga.

Maka pendekatan dan metode pendidikan dan pengajaran (pembelajaran) harus mengacu pada tujuan akhir pendidikan yaitu terbentuknya anak yang berkarakter taqwa dan berakhlak budi pekerti yang luhur. Serta bagi mereka yang sudah dewasa tetap dituntut adanya pengembangan diri agar kualitas keperibadian meningkat serempak dengan meningkatnya tantangan hidup yang selalu berubah. Dalam hubungan ini dikenal apa yang disebut Pendidikan sepanjang hidup. Pembentukan       pribadi mencakup pembentukan cipta, rasa, karsa (kognitif, afektif, psikomotor) yang sejalan dengan pengembangan fisik.

Puncak karakter seorang muslim  adalah taqwa, dan indikator ketaqwaannya adalah terletak pada akhlaknya. Bangsa yang Beradab adalah bangsa yang maju. Tujuan pendidikan yaitu manusia berkarakter taqwa yaitu manusia yang memiliki akhlak budi pekerti yang luhur. Karakter dibangun berdasarkan pemahaman tentang hakikat dan struktur kepribadian manusia secara integral. Sehingga manusia berkarakter taqwa adalah gambaran manusia ideal yaitu manusia yang memiliki kecerdasan spiritual (spiritual quotient).

Kecerdasan spiritual inilah yang seharusnya paling ditekankan dalam pendidikan. Hal ini dilakukan dengan penanaman nilai-nilai etis religius melalui keteladanan dari keluarga, sekolah dan masyarakat, penguatan pengamalan peribadatan, pembacaan dan penghayatan kitab suci Al-Qur’ Menurut Tobroni (2013) Dalam Islam terdapat beberapa istilah yang sangat tepat digunakan sebagai pendekatan pembelajaran. Konsep-konsep itu antara lain: tilâwah, ta’lîm’, tarbiyah, ta’dîb, tazkiyah dan tadlrîb.

1.               Tilâwah menyangkut kemampuan membaca;

2.               ta’lim terkait dengan pengembangan kecerdasan intelektual (intellectual quotient);

3.               tarbiyah menyangkut kepedulian dan kasih sayang secara naluriah yang didalamnya ada asah, asih dan asuh;

4.               ta’dîb terkait dengan pengembangan kecerdasan emosional (emotional quotient);

5.               tazkiyah terkait dengan pengembangan kecerdasan spiritual (spiritual quotient); dan;

6.               tadlrib terkait dengan kecerdasan fisik atau keterampilan (physical quotient atau adversity quotient).

 

Untuk mengembangkan kemampuan membaca, dikembangkan metode tilawah tujuannya agar anak memiliki kefasihan berbicara dan kepekaan dalam melihat fenomena. Untuk mengembangkan potensi fitrah berupa akal dikembangkan metode ta’lîm, yaitu sebuah metode pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menekankan pada pengembangan aspek kognitif melalui pengajaran.

Dalam pendidikan akal ini sasarannya adalah terbentuknya anak didik yang memiliki pemikiran jauh ke depan, kreatif dan inovatif. Sedangkan output-nya adalah anak yang memiliki sikap ilmiah, ulûl albâb dan mujtahid. Ulul Albab adalah orang yang mampu mendayagunakan potensi pikir (kecerdasan intelektual/IQ) dan potensi dzikirnya untuk memahami fenomena ciptaan , penciptaan lingkungan baik fisik maupun sosial yang kondusif. Tuhan dan dapat mendayagunaka-nnya untuk kepentingan kemanusiaan.

Sedangkan mujtahid adalah orang mampu memecahkan persoalan dengan kemampuan intelektualnya. Hasilnya yaitu ijtihad (tindakannya) dapat berupa ilmu pengetahuan maupun teknologi. Outcome dari pendidikan akal (IQ) terbentuknya anak yang saleh (waladun shalih).

Pendayagunaan potensi pikir dan zikir yang didasari rasa iman pada gilirannya akan melahirkan kecerdasan spiritual (spiritual quotient/SQ).           Dan     kemampuan mengaktualisasikan kecerdasan spiritual inilah yang memberikan kekuatan kepada guru dan siswa untuk meraih prestasi yang tinggi.

Metode tarbiyah digunakan untuk membangkitkan rasa kasih sayang, kepedulian dan empati dalam hubungan interpersonal antara guru dengan murid, sesama guru dan sesama siswa. Implemen- tasi metode tarbiyah dalam pembelajaran mengharuskan seorang guru bukan hanya sebagai pengajar atau guru mata pelajaran, melainkan seorang bapak atau ibu yang memiliki kepedulian dan hubungan interpersonal yang baik dengan siswa- siswinya. Kepedulian guru untuk menemukan dan memecahkan persoalan yang dihadapi siswanya adalah bagian dari penerapan metode tarbiyah.

Metode ta’dîb digunakan untuk membangkitkan “raksasa tidur”, kalbu (EQ) dalam diri anak didik. Ta’dîb lebih berfungsi pada pendidikan nilai dan pengembangan iman dan taqwa. Dalam pendidikan kalbu ini, sasarannya adalah terbentuknya anak didik yang memiliki komitmen moral dan etika. Sedangkan out put-nya adalah anak yang memiliki karakter, integritas dan menjadi mujaddid. Mujaddid adalah orang yang memiliki komitmen moral dan etis dan rasa terpanggil untuk memperbaiki kondisi masyarakatnya.

 

KESIMPULAN

Islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu belajar. Bahkan Islam mewajibkan kepada setiap orang yang beriman untuk belajar. Secara rasional semua ilmu pengetahuan dapat diperoleh melalui belajar. Maka, belajar adalah ”key term” (istilah kunci) yang paling vital dalam usaha pendidikan. Sehingga, tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Belajar sebagai aktifitas yang tidak dapat dipisah dari kehidupan manusia, ternyata bukan berasal dari hasil renungan manusia semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk selalu malakukan kegiatan belajar.

Dengan penerapan metode – metode islami, maka secara tidak langsung cara Al- Qur’an lah yang akan diajarkan epada peserta didik, sehingga hal ini tentu akan mengarahkan peserta didik pada kemampuan belajar baik secara kognitif maupun psikomtorik akan berimbang dengan afektif dan spiritualnya.

Kemampuan untuk belajar merupakan sebuah karunia Allah yang mampu membedakan manusia dangan makhluk yang lain. Allah menghadiahkan akal kepada manusia untuk mampu belajar dan menjadi pemimpin di dunia ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR RUJUKAN

 

Al-Quran Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus Sunnah.

Najati, Usman. 1997. Al-Quran wa ‘Ilmu al- Nafs, terj., Bandung:Pustaka.

Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran, sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, Jakarta:Kencana.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Landasan Psikologi dalam Proses Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Surya, Moh. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung PPB - IKIP Bandung.

Syah, Muhibbin. 1997. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja RosdaKarya.

Tobroni, 2013. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam” dalam website http://tobroni.staff.umm.ac.id/

Wahidah, Efita Yuliatul. 2016. Revolusi Karakter Berbasis Emosional Quetiont prespektif Psikologi Pendidikan Islam. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatifdi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”

 

 


 

 

 

 

 

Komentar

Postingan Populer